Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata Loha di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur menawarkan nuansa jelajah alam desa yang masih alami bagi wisatawan yang berkunjung ke sana.Kita ingin menghadirkan desa wisata yang mampu menerapkan konsep storynomic village tourism yang mengedepankan narasi/cerita, konten kreatif, living culture, dan budaya sebagai DNA destinasi
"Desa Wisata Loha memiliki gua bersejarah yang bernama Nua Waka dan Kampung Kokor Gola yang menjadi atraksi wisata bernuansa alam dan memanjakan para wisatawan yang sangat tertarik dengan kehidupan natural masyarakat desa. Semua paket wisata ini dikelola oleh pokdarwis," kata Fasilitator Lapangan Program Fasilitasi Masyarakat Desa (Fasmadewi) Pemkab Manggarai Barat, Alfonsius Sumarno Patut ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Selasa.
Desa Wisata Loha merupakan salah satu desa wisata di Kecamatan Pacar, Manggarai Barat dengan jarak waktu satu setengah jam perjalanan dari Kota Labuan Bajo.
Di sana, terdapat Gua Nua Waka yang memiliki panjang satu kilometer dan menjadi salah satu gua terpanjang di Labuan Bajo. Di dalam gua ini, wisatawan akan menemukan ruangan besar menyerupai rumah adat Manggarai dengan ratusan burung dan sarang walet.
Berdasarkan narasi yang disampaikan oleh kelompok sadar wisata setempat, gua ini adalah benteng pertahanan pada perang perebutan batas wilayah zaman dahulu.
Tak jauh dari gua itu, ada potensi alam lain yang dimasukkan bersamaan dalam paket wisata yakni Air Terjun Sunsa Namo.
Alfonsius mengatakan ketinggian air terjun ini lebih kurang 20 meter yang memberikan sensasi kesegaran sentuhan air terjun yang berbeda. Lingkungan yang masih alami terlihat dari bebatuan besar dan terjal di sekitar lokasi air terjun.
Di dekat air terjun, terdapat sebuah kolam alam yang disebut oleh masyarakat setempat sebagai Tiwu Roh atau tempat yang memiliki kekuatan gaib untuk melanggengkan perjodohan atau percintaan.
Berikutnya, desa wisata itu menawarkan sensasi menjalani kehidupan masyarakat yang sederhana lewat Kampung Kokor Gula.
Alfonsius menjelaskan wisatawan akan mendapatkan penjelasan mengenai asal produksi gula merah yang menjadi mata pencaharian utama masyarakat setempat.
Sembari melakukan treking ke lokasi pohon aren, wisatawan akan mendapatkan banyak pengalaman dan penjelasan tentang produksi gula aren tersebut. Tak hanya itu, wisatawan juga melihat berbagai potensi pertanian lain milik warga yang dikemas dalam bentuk explore kebun.
"Kita ingin menghadirkan desa wisata yang mampu menerapkan konsep storynomic village tourism yang mengedepankan narasi/cerita, konten kreatif, living culture, dan budaya sebagai DNA destinasi," kata Alfonsius.
Kepala Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Manggarai Barat Pius Baut menjelaskan desa tersebut merupakan satu dari dua desa yang khusus dikembangkan oleh pemerintah daerah setempat lewat Program Fasilitasi Masyarakat Desa Wisata (Fasmadewi) 2022.
Program Fasmadewi ini merupakan program inovasi Pemkab Manggarai Barat pada 2022 untuk mengoptimalkan produk dari desa wisata Loha.
Dalam program ini, katanya, fasilitator memberikan 11 jenis kegiatan pelatihan peningkatan kapasitas diantaranya sosialisasi program Fasmadewi, assessment desa wisata, penguatan organisasi, pelatihan manajemen keuangan, kepemanduan wisata, pembuatan paket wisata, manajemen homestay, storytelling/copywriting, pengolahan kuliner lokal, pelatihan promosi, dan pemasaran produk.
Pius berharap pelatihan yang sudah dilaksanakan dalam program itu dapat diimplementasikan secara nyata untuk pengembangan pariwisata desa.
"Pengembangan pariwisata Manggarai Barat membutuhkan respon cepat dari masyarakat agar tujuan utama wisatawan datang ke Labuan Bajo dapat beralih ke setiap desa wisata yang memiliki potensi," kata Pius.
Baca juga: Bupati Manggarai Barat ajak wisatawan berlibur ke Labuan Bajo
Baca juga: Menkominfo ingin festival Labuan Bajo beri pengalaman wisata spiritual
Baca juga: Kemenparekraf optimalkan daya tarik wisata di luar kawasan TN Komodo
Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023