• Beranda
  • Berita
  • Masa siaga darurat bencana, Jatim usulkan teknologi modifikasi cuaca

Masa siaga darurat bencana, Jatim usulkan teknologi modifikasi cuaca

4 Januari 2023 22:01 WIB
Masa siaga darurat bencana, Jatim usulkan teknologi modifikasi cuaca
Sekdaprov Jatim Adhi Karyono berbincang dengan Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat BNPB Rustian saat diskusi penggunaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah Jawa Timur selama masa siaga darurat bencana hidrometeorologi, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Rabu (4/1/2023). (FOTO ANTARA/HO-Biro Adpim Jatim)

Saat ini, kita tidak lagi berfokus pada banjirnya, tapi juga berusaha mencegah hujan yang diperkirakan BMKG itu curah hujan paling tinggi dan berpotensi banjir sehingga dapat dicegah dengan cara memodifikasi cuaca menggunakan teknologi bernama TMC

Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengusulkan penggunaan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di wilayah itu selama masa siaga darurat bencana hidrometeorologi kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta TNI Angkatan Udara (AU).

"Kami kedatangan dari tim yang merancang TMC atas usulan Pemprov Jatim agar menggunakan teknologi tersebut untuk mengurangi potensi-potensi hujan yang kemudian bisa mengakibatkan kerugian," kata Sekretaris Daerah Provinsi (Sekdaprov) Jatim Adhi Karyono, dalam keterangan di Surabaya, Rabu.

Menurut dia, TMC adalah usaha campur tangan manusia dalam pengendalian sumber daya air (SDA) di atmosfer untuk menambah atau mengurangi curah hujan pada daerah tertentu guna meminimalkan bencana alam yang disebabkan iklim dengan memanfaatkan parameter cuaca.

"Saat ini, kita tidak lagi berfokus pada banjirnya, tapi juga berusaha mencegah hujan yang diperkirakan BMKG itu curah hujan paling tinggi dan berpotensi banjir sehingga dapat dicegah dengan cara memodifikasi cuaca menggunakan teknologi bernama TMC," katanya.

Skema kerja teknologi tersebut, kata dia, selama ini dikenal menggunakan pesawat yang dihantarkan bahan semai berupa NaCl ke awan melalui udara.

"Selain itu, ada cara lainnya yaitu dengan penyampaian bahan semai ke dalam awan dari darat menggunakan wahana Ground Based Generator dan wahana pohon flare untuk sistem statis," kata mantan jubir Kementerian Sosial tersebut.

Kedua metode ini, lanjut dia, memiliki prinsip kerja yang sama yakni menghantarkan bahan semai ke dalam awan dengan memanfaatkan keberadaan awan orografik dan awan yang tumbuh di sekitar pegunungan sebagai targetnya.

"Teknologi TMC dampaknya sangat luar biasa karena dapat mencegah potensi banjir serta mengurangi kerugian masyarakat dan pemerintah. Ini yang dilakukan tim dari pusat terdiri dari BNPB, BMKG dan BRIN. Saat ini basecampnya ada di LANUD Malang dan kita mendukung karena merupakan permintaan dari Pemprov Jatim," kata pria kelahiran Jawa Barat tersebut.

Sementara itu, Direktur Dukungan Sumber Daya Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Rustian menambahkan bahwa TMC adalah suatu bentuk upaya manusia memodifikasi cuaca dengan tujuan tertentu agar mendapatkan kondisi cuaca seperti yang diinginkan.

"Prinsipnya, TMC bukan proses membuat hujan. Jadi, istilah hujan buatan yang banyak digunakan atau dikenal oleh masyarakat sebenarnya kurang tepat, karena Balai Besar TMC tidak membuat hujan tetapi hanya memodifikasi cuaca, memberikan perlakuan, mengintervensi proses fisika di sistem awan untuk tujuan tertentu," katanya.

Baca juga: BMKG: Operasi TMC berhasil cegah hujan lebat di Jabodetabek dan Jabar

Baca juga: BNPB fasilitasi operasi TMC di sejumlah wilayah jelang Tahun Baru 2023

Baca juga: BRIN akan lakukan operasi TMC Riau cegah karhutla

Baca juga: BPPT: TMC tak mampu jangkau awan hujan malam hari

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2023