Kao Kosal, Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Promosi Perdagangan di Kementerian Perdagangan Kamboja, mengatakan RCEP, Perjanjian Perdagangan Bebas Kamboja-China (Cambodia-China Free Trade Agreement/CCFTA), dan BRI memberikan fondasi yang kuat bagi Kamboja dan China untuk memperluas kerja sama di bidang ekonomi, perdagangan, dan investasi.
"Semua itu telah dan akan terus mendatangkan keuntungan besar bagi perkembangan sosial-ekonomi Kamboja untuk jangka panjang," katanya dalam forum bisnis Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi di China selatan dan Kamboja yang digelar di Phnom Penh.
"BRI menciptakan mesin baru untuk pertumbuhan ekonomi global," ujarnya. "Bagi Kamboja, BRI memainkan peran penting dalam membantu mendongkrak pembangunan infrastruktur serta pertumbuhan ekonomi dan perdagangan."
Suon Sophal, Direktur Departemen Hubungan Masyarakat dan Promosi Investasi Swasta di Dewan Pembangunan Kamboja, mengatakan RCEP, CCFTA, dan BRI serta undang-undang investasi Kamboja yang menguntungkan merupakan faktor kunci yang menarik para investor China ke negara Asia Tenggara tersebut
"Dengan perjanjian-perjanjian perdagangan bebas ini dan undang-undang investasi Kamboja yang menguntungkan, saya yakin lebih banyak investor China akan datang dan berinvestasi di Kamboja pada tahun-tahun mendatang," kata Sophal.
RCEP terdiri dari 15 negara Asia-Pasifik yang meliputi 10 negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan lima mitra dagangnya, yaitu China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Joseph Matthews, seorang profesor senior di BELTEI International University di Phnom Penh, mengatakan RCEP menyediakan kerja sama dan hasil yang saling menguntungkan bagi semua negara pesertanya.
"RCEP tidak hanya mempromosikan integrasi ekonomi regional yang lebih besar, tetapi juga menggaris-bawahi komitmen yang tak tergoyahkan dari semua negara anggota untuk perdagangan bebas dan multilateralisme," katanya kepada Xinhua.
Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2023