"Kendali bahaya pangan mengandung nitrogen cair ada di produsen," kata Nuri Andarwulan dalam konferensi pers virtual bertajuk Kewaspadaan Dini Penggunaan Nitrogen Cair Pada Produk Makanan Siap Saji yang diikuti dari Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, hanya vendor dan karyawan yang terlatih dengan baik untuk menangani LN yang boleh menyiapkan atau menyajikan makanan dan minuman yang diinfuskan LN kepada pelanggan.
Selain itu, hanya kandungan LN food grade yang boleh disimpan dan disajikan dalam wadah yang dibuat khusus untuk menahan efek termal
LN. Wadah tersebut harus memiliki penutup yang longgar atau katup pengaman untuk mencegah tekanan berlebih dan mengurangi risiko ledakan.
Untuk mentransfer LN ke makanan atau minuman, kata Nuri, harus menggunakan labu bersih yang dirancang khusus untuk cairan kriogenik.
"Saat menyimpan, menangani, dan menyajikan LN, standar sanitasi dan kebersihan yang baik harus selalu diikuti untuk mencegah kontaminasi bakteri," katanya.
Karyawan juga perlu mengenakan alat pelindung diri yang sesuai saat menangani LN. Perusahaan harus memiliki sistem ventilasi dan pemantauan oksigen yang berfungsi untuk mendeteksi kemungkinan kebocoran atau tumpahan.
"Instruksi yang jelas harus diberikan tentang cara menangani dan menelan produk yang disajikan dengan LN agar aman saat melayani pelanggan," katanya.
Ia juga merekomendasikan agar peringatan tentang potensi bahaya LN dipasang dengan jelas di mana konsumen dapat melihatnya dengan mudah.
Peralatan makan dan cangkir dengan lengan harus diberikan kepada konsumen untuk mencegah kontak yang berlebihan dengan LN.
"Mangkuk tidak boleh disajikan jika mengandung sisa LN, dan konsumen tidak diizinkan untuk mendapatkan isi ulang," katanya.
Profesor Departemen Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB itu mengatakan LN adalah cairan diatomik yang berada dalam keadaan cair pada suhu yang sangat rendah.
LN berupa cairan jernih tak berwarna dengan massa jenis 0,807 g/mL pada titik didihnya -195,79 °C. "Ini berarti bahwa karakter diatomik ikatan N kovalen dalam gas N₂ tetap bertahan setelah likuifaksi," katanya.
LN merupakan cairan cryogenic untuk mempercepat pembekuan dan dapat menyebabkan radang dingin. Efek kesehatan karena menghirup nitrogen secara berlebihan dapat mengakibatkan pusing, mual, muntah, kehilangan kesadaran, pernapasan cepat, sesak napas tanpa peringatan dan kematian.
Jika terjadi kontak kulit dan mata, kata Nuri, dapat menyebabkan luka bakar dingin yang parah dan radang dingin.
"Bahaya biologisnya saat kontak antara kulit dan nitrogen cair atau pipa atau bejana yang tidak diinsulasi yang mengandung Nitrogen cair, dapat menyebabkan luka bakar dingin yang parah," katanya.
Beberapa kejadian keracunan pangan akibat produk tersebut dilaporkan dari sejumlah daerah, di antaranya pada Juli 2022 terjadi satu kasus pada anak yang mengonsumsi ice smoke di Desa Ngasinan, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, yang menyebabkan terjadinya luka bakar.
Pada 19 November 2022, UPTD Puskesmas Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, melaporkan telah terjadi KLB keracunan pangan dengan jumlah kasus 23 orang. Satu kasus di antaranya dirujuk ke rumah sakit.
Pada 21 Desember 2022, UGD Rumah Sakit Haji Jakarta melaporkan menerima pasien anak laki-laki berumur 4,2 tahun datang dengan keluhan nyeri perut hebat setelah mengonsumsi jajanan jenis chiki ngebul.
Baca juga: Kemenkes: Nitrogen cair tanpa prosedur pada pangan bisa picu keracunan
Baca juga: Anggota DPR minta pemerintah awasi jajanan "Chiki Ngebul"
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023