Teknologi Effective Microorganisms (EM) dengan produknya di Indonesia disebut Effective Microorganisms 4 (EM4) mendukung pengembangan pertanian organik dan sekaligus ramah lingkungan, kata pelopor dan pakar pertanian organik Indonesia Dr Ir Gede Ngurah Wididana, MAgr.EM merupakan kultur microorganisme dari lactobacillus, ragi, dan bakteri fotosintetik yang bekerja secara bersama-sama untuk menyehatkan dan menyuburkan tanah
"EM merupakan kultur microorganisme dari lactobacillus, ragi, dan bakteri fotosintetik yang bekerja secara bersama-sama untuk menyehatkan dan menyuburkan tanah," kata Wididana yang juga Direktur Utama PT Songgolangit Persada itu di Denpasar, Rabu.
Ia menambahkan, teknologi EM pertama kali dikembangkan di Jepang pada 1980 oleh Prof Dr Teruo Higa dari University of The Ryukyus.
Tujuan awalnya untuk membangun pertanian organik, ramah lingkungan, menghasilkan produk pertanian berkualitas dan berproduksi tinggi, menguntungkan petani dan konsumen, serta bisa berproduksi secara kontinyu.
Baca juga: Gubernur Koster targetkan pertanian organik di seluruh Bali tahun 2024
Teknologi EM dengan produk EM4 telah digunakan di Indonesia sejak 1993, atau 30 tahun yang silam dan hingga sekarang sudah memasyarakat dimanfaatkan untuk pertanian, peternakan, perikanan dan pengolahan limbah.
EM dikatakan dapat menyuburkan tanah terjadi karena proses fermentasi bahan organik di dalam tanah bisa menjadi pupuk yang tersedia bagi tanaman.
Selain itu proses sintetik (pembentukan) senyawa yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman, dari senyawa yang beracun atau merusak tanaman menjadi tidak beracun/bermanfaat.
"Kedua proses fermentasi dan sintetik tersebut dijalankan oleh bakteri fermentasi (lactobacillus dan ragi) dan bakteri fotosintetik," ujar Wididana.
Di sisi lain, bau limbah ternak dapat dikurangi dengan perlakuan EM, melalui memberikan minum pada ternak, dicampur ke dalam makanan, disemprotkan dengan air pada saat membersihkan kandang, serta disemprotkan ke dalam tumpukan kotoran ternak.
"Bau kotoran ternak/kandang ternak yang menyengat membuat ternak stres, berkurang nafsu makannya, dan berkurang produksinya. Dengan perlakuan EM, produksi ternak menjadi meningkat, serta biaya produksi (pembelian pakan dan obat-obatan) menjadi menurun," katanya.
Perlakuan EM mudah
Wididana yang alumnus program Pascasarjana (S-2) Faculty Agriculture University or The Rukyus Okinawa, Jepang mengatakan perlakuan EM pada pertanian cukup mudah, yaitu dengan menyemprotkan pada tanaman, dan tanah.
EM juga bisa digunakan untuk starter pembuatan pupuk organik, sebagai fermentator. Pupuk kandang atau bahan organik yang sudah disemprot EM akan terfermentasi dalam waktu satu minggu dan siap digunakan untuk pupuk organik.
Limbah organik dari rumah tangga (limbah dapur) dan limbah organik kota, bisa digunakan sebagai bahan baku pupuk organik. Teknologi EM sangat mendukung produksi pupuk organik dan pertanian organik.
Selain itu penggunaan EM untuk perikanan dilakukan saat pengolahan tanah tambak, perawatan kualitas air tambak dan dicampurkan ke dalam pakan ikan atau udang.
Penggunaan EM juga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas tanah dan air tambak, serta meningkatkan produksi ikan dan udang.
Penggunaan EM untuk lingkungan dilakukan pun dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan EM pada kolam pengolahan cair limbah kota, hotel dan restoran, serta dituangkan di tempat cuci piring, got, toilet dan sungai.
"Tak hanya itu, air limbah yang diberi perlakuan EM, serta melalui proses pembersihan melalui penyaringan, bisa digunakan untuk mengairi kebun dan taman hotel serta lahan pertanian," katanya.
Teknologi EM dikembangkan untuk membangun pertanian organik sudah mendapatkan respon positif dari masyarakat dan pemerintah.
"Masyarakat internasional juga mendesak pengusaha, pemerintah dan masyarakat untuk cinta lingkungan, cinta kesehatan dan cinta pertanian yang menguntungkan dan hemat energi. Teknologi EM menjawab kebutuhan.pertanian organik dan cinta lingkungan dengan contoh," ujar Dr. Wididana.
Baca juga: Kementan masifkan penggunaan pupuk organik tingkatkan produktivitas
Baca juga: Komunitas Petani Bali Jengah sulap lahan kosong jadi perkebunan pepaya
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023