Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki mendorong pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di bidang fesyen menyasar Kota Paris, Perancis sebagai pasar untuk mengembangkan kreativitas produksi busana tradisional (wastra) yang mereka buat.salah satu keuntungan terhubung dengan kota fesyen di Benua Eropa itu adalah bisa menyesuaikan produk wastra lokal dengan kondisi dan selera pasar global
Menteri Teten, dalam sambutannya pada acara apresiasi Program PINTU Incubator di Summarecon Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, Kamis, mengatakan salah satu keuntungan terhubung dengan kota fesyen di Benua Eropa itu adalah bisa menyesuaikan produk wastra lokal dengan kondisi dan selera pasar global.
"Kota Paris adalah salah satu kota fesyen ternama, ini yang perlu kita dorong UMKM kita supaya terhubung ke dalam pasar global agar bisa terus tumbuh dan berkembang," kata Teten.
Dia pun mengapresiasi Program PINTU Incubator karena telah menjadi salah satu penggerak pelaku UMKM fesyen lokal agar bisa terus berkembang dan terhubung ke dalam pasar global.
Dia mengatakan, saat ini ekonomi kreatif menjadi lokomotif baru pengembangan ekonomi di Indonesia.
"Kami mencatat di tahun 2021, sektor ekonomi kreatif salah satunya fesyen menyumbang Rp1.134 triliun atau setara dengan 6,98 persen terhadap PDB nasional. Saya berharap pelaku usaha ekonomi kreatif terus mencoba hal baru dan inovatif demi kemajuan ekonomi kreatif," kata Teten.
Teten menambahkan, Program PINTU Incubator merupakan suatu terobosan yang dapat menjadi contoh banyak pihak, di tengah pengembangan ekonomi kreatif di tanah air.
Program PINTU Incubator menggelar kurasi empat jenama terpilih untuk mengikuti Premiere Classe di Prancis pada ajang Paris Trade Show 2023. Adapun, empat jenama tersebut ialah Parapohon, Apakabar, Tenun Imam, dan Tenun Lurik Rachmad.
Teten salut karena produk inkubator mampu menghasilkan karya-karya menarik dari produk wastra semisal jenama Parapohon yang merancang kain linen dari tanaman Rami menjadi satu set pakaian tanpa kancing dan ritsleting yang terinspirasi dari sosok pahlawan nasional Pangeran Diponegoro.
Menurut Teten, satu inkubator belumlah cukup untuk memaksimalkan kekayaan alam dan budaya yang belum digarap dengan baik.
"Ini tantangan yang harus kami lakukan, sehingga dapat melahirkan talenta baru di industri fesyen lokal dengan mengedepankan wastra nusantara yang dapat bersaing di pasar domestik dan dunia," tandas Teten.
Pada kesempatan yang sama, Founder of LAKON Indonesia sekaligus inisiator Program PINTU Incubator, Thresia Mareta mengungkapkan setelah perjalanan panjang dengan melaksanakan berbagai program bimbingan, pihaknya telah berhasil memilih partisipan yang akan mendapat kesempatan untuk menjajaki pasar global melalui Paris Trade Show.
"Kami berharap para partisipan dapat mengeksekusi segala pengetahuan yang diperoleh di PINTU Incubator ini ke dalam bisnis mereka, khususnya dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat di pasar global untuk membuktikan bahwa brand lokal tanah air mampu bersaing dalam industri fashion berskala internasional,” kata Theresia.
Sementara Chairman Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) Soegianto Nagaria mengungkapkan rasa bangga karena telah terpilihnya partisipan PINTU Incubator untuk mengikuti Paris Trade Show.
“Selama penyelenggaraan JF3, sejak tahun 2004 hingga sekarang, kami tidak pernah luput untuk melibatkan dan mendukung pelaku UMKM lokal, kami tumbuh dan berkembang bersama. Hari ini kami merasa bangga, karena pada akhirnya misi kami untuk mengangkat para pelaku UMKM Indonesia agar dapat berbicara di tatanan global dapat terwujud dengan nyata. Kami ucapkan selamat dan semoga hal ini dapat memberikan manfaat pada industri fesyen tanah air,” kata Soegianto.
Baca juga: Cari produk fesyen harga miring, pengunjung padati Pasar Senen
Baca juga: Putri Wapres Ma'ruf: NTB pontensial jadi pusat fesyen Muslim dunia
Baca juga: Kemenparekraf: HKI perlu disikapi serius oleh pelaku ekonomi kreatif
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2023