• Beranda
  • Berita
  • Saham Asia naik dipicu pelambatan inflasi AS, yen menguat lebih lanjut

Saham Asia naik dipicu pelambatan inflasi AS, yen menguat lebih lanjut

13 Januari 2023 15:09 WIB
Saham Asia naik dipicu pelambatan inflasi AS, yen menguat lebih lanjut
Bursa saham Jepang. ANTARA/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/am.

Pasar mengharapkan pada pertemuan berikutnya bahwa mereka akan meningkatkan kisaran imbal hasil lagi untuk (obligasi) 10 tahun

Saham-saham Asia menguat pada perdagangan Jumat, karena investor menyambut perlambatan inflasi AS, sementara yen mencapai level tertinggi tujuh bulan dan imbal hasil obligasi Jepang menembus di atas target bank sentral karena pasar menantang komitmen Tokyo untuk melonggarkan kebijakan moneter.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang meningkat 0,8 persen mencapai level tertinggi baru dalam tujuh bulan dan menuju kenaikan minggu ketiga berturut-turut.

Baca juga: Saham Asia dibuka menguat didukung penurunan inflasi AS, yen melonjak

Sementara itu, indeks Nikkei Jepang berakhir jatuh 1,25 persen, indeks saham unggulan China CSI 300 menetap 1,41 persen lebih tinggi dan indeks Hang Seng Hong Kong ditutup terangkat 0,97 persen.

Indeks acuan S&P/ASX 200 Australia berakhir menguat 0,66 persen, indeks KOSPI Korea Selatan meningkat 0,89 persen dan Indeks Komposit Shanghai ditutup terangkat 1,01 persen.

Saham berjangka AS sedikit lebih lemah, mengambil jeda setelah Nasdaq mencapai level tertinggi satu bulan semalam. Saham berjangka Eropa juga lesu, dengan Eurostoxx 50 berjangka turun 0,05 persen, DAX berjangka Jerman turun 0,04 persen dan FTSE berjangka Inggris naik 0,02 persen.

Yen yang melonjak 2,7 persen terhadap dolar semalam, menguat lebih lanjut dan naik sekitar 0,2 persen menjadi 128,65 per dolar. Yen naik 6,0 persen dalam waktu kurang dari tiga minggu sejak bank sentral Jepang (BoJ) mengejutkan pasar dengan memperluas jangkauan target imbal hasil obligasi 10 tahun.

Sebuah laporan surat kabar menandai kemungkinan lebih banyak fleksibilitas telah menggandakan taruhan pada perubahan yang akan datang dari kebijakan ultra-longgar yang berusaha untuk menyematkan imbal hasil mendekati nol.

Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun menembus batas baru 0,5 persen pada Jumat untuk diperdagangkan pada 0,54 persen. BoJ terpaksa mengumumkan dua putaran pembelian darurat terpisah senilai gabungan sekitar 1,8 triliun yen (13,9 miliar dolar AS).

"Pasar mengharapkan pada pertemuan berikutnya bahwa mereka akan meningkatkan kisaran imbal hasil lagi untuk (obligasi) 10 tahun," kata Naka Matsuzawa, kepala strategi makro Jepang di Nomura, mengacu pada pertemuan bank sentral yang akan datang pada 17-18 Januari.

"Saya pikir terlalu dini bagi BoJ untuk menyerah," tambahnya. "Bank masih memiliki amunisi untuk mempertahankan batas imbal hasil 0,5 persen."

BoJ menggambarkan langkah Desember-nya bertujuan untuk mengatasi distorsi di pasar obligasi, dan mempertahankan target baru dengan pembelian obligasi - tetapi itu berada di bawah tekanan besar sekarang karena para pedagang mencium perubahan pada pertemuan minggu depan.

"Tidak ada perubahan kebijakan bulan ini akan menjadi kemunduran bagi yen," kata ahli strategi valas Rabobank Jane Foley. "Namun, kami akan melihat untuk membeli yen terhadap dolar saat penurunan untuk mengantisipasi langkah (kebijakan) lain ... di musim semi."

BoJ kemungkinan akan menaikkan perkiraan inflasi minggu depan dan memperdebatkan apakah langkah lebih lanjut diperlukan, sumber yang akrab dengan pemikiran bank mengatakan kepada Reuters.

Di luar Jepang, sentimen pasar didominasi oleh data inflasi Desember AS semalam yang kurang lebih sesuai dengan ekspektasi konsensus. Laju tahunan kenaikan harga konsumen utama melambat menjadi 6,5 persen pada Desember dari 7,1 persen pada November.

Investor merespons dengan menurunkan ekspektasi suku bunga AS. Kenaikan Federal Reserve sebesar 25 basis poin daripada 50 basis poin bulan depan sekarang diharapkan hampir secara universal, dan pasar berjangka telah memperkirakan beberapa penurunan suku bunga tahun ini.

Dolar tergelincir secara luas, obligasi pemerintah AS menguat dan aset-aset yang dianggap berisiko, seperti saham dan mata uang kripto naik.

Dolar turun 0,9 persen ke level terendah sembilan bulan di 1,0868 dolar per euro dan dolar Australia yang sensitif terhadap risiko naik ke level tertinggi sekitar lima bulan di 0,6983 dolar AS.

Baca juga: Saham Asia dibuka di tertinggi 7-bulan di tengah taruhan China dan IHK
Baca juga: Saham Asia sentuh level tertinggi 6-bulan, pasar fokus pantau IHK AS

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023