Dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Rabu, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan hal tersebut tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) penyaluran kredit baru sebesar 77,7 persen, lebih tinggi secara signifikan dari SBT pada bulan sebelumnya sebesar 58,6 persen.
SBT merupakan jawaban responden dikalikan dengan bobot kreditnya (total 100 persen), selanjutnya dihitung selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban meningkat dan menurun.
Faktor utama yang mempengaruhi perkiraan penyaluran kredit baru dalam periode tersebut, menurut dia, yaitu permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan, serta tingkat persaingan usaha dari bank lain.
Baca juga: Survei BI: Penyaluran kredit baru tumbuh positif di triwulan III-2022
Selain itu ia mengungkapkan permintaan pembiayaan korporasi pada Desember 2022 juga terindikasi meningkat, yang tercermin dari SBT pembiayaan korporasi sebesar 21,5 persen, lebih tinggi dari SBT November 2022 sebesar 13,2 persen.
Erwin menyebut mayoritas sumber pembiayaan terutama bersumber dari dana sendiri, diikuti oleh pinjaman/utang dari perusahaan induk, pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik, dan penambahan kredit baru ke perbankan dalam negeri.
Di sisi rumah tangga, kata dia, permintaan pembiayaan baru juga terindikasi tumbuh positif pada Desember 2022. Mayoritas rumah tangga mengajukan jenis pembiayaan berupa Kredit Multi Guna dan memilih bank umum sebagai sumber utama penambahan pembiayaan.
Ia mengatakan sumber pembiayaan lainnya yang menjadi preferensi rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan antara lain koperasi dan leasing.
Baca juga: Pengamat: Pencabutan PPKM bonus perbankan hadapi potensi resesi 2023
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023