Minyak berjangka turun hampir satu dolar di perdagangan Asia pada Kamis sore, memperpanjang kerugian dari hari sebelumnya, karena lonjakan stok minyak mentah AS yang mengejutkan membebani pasar bersama dengan kekhawatiran resesi yang diperparah oleh data penjualan ritel dan output AS yang mengecewakan.Kemerosotan data ekonomi AS menggelapkan prospek permintaan (minyak) karena kekhawatiran resesi meningkat lagi. Sentimen risk-off telah menurunkan komoditas yang sensitif terhadap pertumbuhan
Harga minyak mentah berjangka Brent tergelincir 84 sen atau 1,0 persen, menjadi diperdagangkan 84,14 dolar AS per barel pada pukul 07.10 GMT, setelah di awal sesi turun menjadi 83,76 dolar AS.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS juga merosot 91 sen atau 1,1 persen, menjadi diperdagangkan di 78,57 dolar AS per barel. WTI jatuh ke level terendah 78,13 dolar AS di awal sesi.
"Kemerosotan data ekonomi AS menggelapkan prospek permintaan (minyak) karena kekhawatiran resesi meningkat lagi. Sentimen risk-off telah menurunkan komoditas yang sensitif terhadap pertumbuhan," kata Analis CMC Markets, Tina Teng. Ia menambahkan bahwa aksi ambil untung juga dapat berperan.
Baca juga: Minyak turun di awal perdagangan Asia karena persediaan AS melonjak
Penjualan ritel AS pada Desember turun paling banyak dalam setahun, sementara output manufaktur mencatat penurunan terbesar dalam hampir dua tahun, karena biaya pinjaman yang lebih tinggi menekan permintaan barang-barang.
Namun pejabat Federal Reserve (Fed) mengatakan suku bunga perlu naik di atas 5,0 persen bahkan ketika inflasi menunjukkan tanda-tanda memuncak dan aktivitas ekonomi melambat.
"Hal ini meningkatkan momok resesi, dengan konsekuensi menderitanya selera risiko," kata analis ANZ Research dalam catatan klien.
Menambah kerugian, data dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik sekitar 7,6 juta barel dalam pekan yang berakhir 13 Januari, menurut sumber pasar.
Baca juga: API: Persediaan minyak mentah Amerika Serikat turun 6,4 juta barel
Perkiraan rata-rata dari jajak pendapat Reuters terhadap sembilan analis adalah penurunan sekitar 600.000 barel. Penumpukan besar menandai minggu kedua berturut-turut peningkatan persediaan yang besar.
Namun stok sulingan, yang meliputi solar dan minyak pemanas, turun sekitar 1,8 juta barel terhadap ekspektasi para analis untuk kenaikan 120.000 barel.
Laporan API ditunda satu hari karena hari libur umum pada Senin (16/1/2023) untuk memperingati Hari Martin Luther King di Amerika Serikat. Badan Informasi Energi pemerintah AS akan merilis laporan persediaan mingguannya pada Kamis waktu setempat.
Dengan kenaikan suku bunga yang agresif, dolar AS naik, membebani permintaan minyak karena greenback yang lebih kuat membuat komoditas lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lain.
Baca juga: Dolar menguat karena tawaran "safe haven", yen bangkit
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023