• Beranda
  • Berita
  • Kemenkeu AS ambil tindakan luar biasa karena capai batas utang

Kemenkeu AS ambil tindakan luar biasa karena capai batas utang

20 Januari 2023 16:07 WIB
Kemenkeu AS ambil tindakan luar biasa karena capai batas utang
   Menteri Keuangan AS Janet Yellen. (ANTARA/Xinhua)
Amerika Serikat (AS) mencapai batas utang sehingga mendorong Kementerian Keuangan negara tersebut mengambil "tindakan luar biasa" guna melanjutkan pendanaan pemerintah federal.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengumumkan dalam sebuah surat kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Kevin McCarthy bahwa kementeriannya akan menangguhkan sementara investasi baru dalam beberapa jenis dana pensiun pemerintah mulai Kamis (19/1) hingga 5 Juni mendatang.

Dana pensiun yang dimaksud meliputi Dana Tunjangan Kesehatan Pensiunan Layanan Pos dan beberapa jenis dana pensiun lainnya.

Yellen mengatakan tindakan semacam itu memungkinkan pemerintah federal menyelesaikan kewajiban pembayarannya hingga Juni.

Pada saat yang sama, Yellen mengatakan akan ada ketidakpastian cukup signifikan yang mengiringi tindakan tersebut, jika Kongres tidak meloloskan undang-undang menaikkan batas utang negara yang berada di angka 31,4 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp15.113).

Menurut Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS, anggota parlemen AS telah menaikkan batas utang negara sebanyak 22 kali sejak 1997.

Partai Republik, yang saat ini menguasai DPR AS dengan margin tipis, ingin menghubungkan undang-undang peningkatan utang dengan pengurangan belanja.

Gagasan itu muncul ketika Pemerintah AS telah menghabiskan begitu banyak dana hingga memicu inflasi terburuk dalam empat dekade.

Banyak ekonom mengecam rancangan undang-undang (RUU) omnibus senilai 1,7 triliun dolar AS, yang baru-baru ini diloloskan, karena sarat dengan pengeluaran secara sembrono.

Gedung Putih menegaskan tidak akan berkompromi dalam hal menaikkan batas utang negara.

Kegagalan dalam menaikkan batas utang dapat menyebabkan kegagalan untuk membayar utang (default) AS karena dapat menimbulkan bencana ekonomi di seluruh dunia.

Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023