• Beranda
  • Berita
  • Protein hewani penting hindarkan bayi dari stunting

Protein hewani penting hindarkan bayi dari stunting

24 Januari 2023 19:40 WIB
Protein hewani penting hindarkan bayi dari stunting
Ilustrasi - Daging ikan salmon, salah satu sumber protein hewani. ANTARA/REUTERS/Lucy Nicholson/am.

Hamil juga suka makan steik. Artinya itu ASI ibunya juga sudah rasa steik

Menjelang Hari Gizi Nasional (HGN) yang diperingati pada 25 Januari 2023, pakar nutrisi dan penyakit metabolik anak Prof. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Ph.D, SpA(K) mengingatkan pentingnya mengonsumsi protein hewani untuk mencegah stunting.

"Stunting itu sebenarnya bisa terjadi pada saat dia lahir. Itu 20 persen pada bayi-bayi yang lahir prematur dan berat badan lahir rendah. Kemudian 20 persen lagi bisa terjadi pada saat pemberian ASI. Kemudian 50 persen karena MPASI (makanan pendamping ASI), di mana (bayi) tidak mendapat protein hewani yang cukup," kata Damayanti Rusli Sjarif dalam diskusi daring, Selasa.

Momen HGN tahun ini pun akan mengusung tema "Protein Hewani Cegah Stunting". Guna mencegah stunting, Damayanti mengatakan bahwa setiap batita pun perlu mendapat asupan protein dari ayam, telur, daging cincang, ikan, hingga susu sapi UHT. Pemberian porsinya pun harus tepat agar kebutuhan protein harian anak tercukupi dengan baik.

Baca juga: Bayi menangis jangan langsung diberi ASI

"Umur 6 sampai 8 bulan itu 70 persen sumber energi itu masih dari ASI. Jadi dari MPASI hanya 30 persen yaitu 200 kkal. Kebutuhan protein harian untuk usia ini 15 gram atau 30 persen protein hewani minimal yang harus terpenuhi. Jadi kasih 1 butir telur ayam masih bisa nih di usia 6 sampai 8 bulan dalam sehari," jelas Damayanti yang juga seorang staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

"Kalau 9 sampai 11 bulan dia perlunya 15 gram protein per hari, jadi 1 butir telur ayam sama 1/2 hati ayam. Atau dalam 12 sampai 24 bulan, dia ASI-nya cuma tinggal 30 persen, sisanya harus dilengkapi dari MPASI, termasuk proteinnya 20 gram per hari jadi 1 butir telur ayam dengan 30 gr ikan kembung, tambah 1 susu UHT," imbuhnya.

Sementara itu, untuk anak berusia 24 hingga 60 bulan, Damayanti menjelaskan bahwa kebutuhan energi MPASI-nya sebesar 1400 kkal atau 25 gram protein per hari. Sehingga, orang tua dapat memberikan 2 butir telur, 1 hati ayam atau 30 gram daging merah, 2 susu UHT atau 30 gram teri nasi.

Aturan makan balita 12 hingga 24 bulan

Untuk contoh aturan makan balita berusia 12 hingga 24 bulan, Damayanti mengatakan, bisa dengan memulai memberikan ASI pada jam 6 pagi.

Setelah itu, bisa dilanjutkan dengan makan pagi berprotein seperti ikan, ayam, daging atau telur. Minimal protein hewani hariannya bisa dipenuhi dengan 1 butir telur ayam, 30 gram ikan kembung dan satu susu UHT Full Cream 125 ml.

Pukul 10 pagi, ibu bisa memberikan snack dengan satu susu UHT 125 ml. Pada jam makan siang, ibu bisa memberikan kembali protein hewani melalui ikan, ayam, daging atau telur. Selanjutnya di jam 2 siang, ibu bisa kembali memberikan ASI.

Baca juga: Sayuran-buah cegah kelainan bawaan pada bayi

Memasuki sore hari pukul 16.00, ibu bisa kembali memberikan snack yang lalu dilanjutkan dengan makan malam yang mengandung protein hewani. Saat menjelang jam tidur pukul 8 malam, ibu bisa memberikan ASI kepada anak.

Jika anak mengalami GTM (Gerakan Tutup Mulut), Damayanti mengimbau agar orangtua juga memperhatikan rasa hingga tekstur MPASI yang diberikan kepada buah hatinya. Misalnya, salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan memperkenalkan menu makanan kesukaan sang ibu, namun disajikan dalam porsi dan teksur yang berbeda.

"Saya waktu itu pernah dapat pasien ASI eksklusif. Tapi 9 bulan tiba-tiba dia stop makan. GTM. Bapak ibunya bingung. Pas saya lihat itu makanannya awut-awutan begitu. Saya tanya apa orangtuanya juga nyoba makanan anaknya?" terang Damayanti.

"Sekarang ibunya suka makan apa? Suka makan steik katanya. Hamil juga suka makan steik. Artinya itu ASI ibunya juga sudah rasa steik. Ya sudah kasih makannya steik yang dicincang. Jadi makanan keluarga saja yang dikenalkan. Cuma teksturnya saja yang dibedakan," pungkasnya.

Baca juga: Bayi prematur berisiko dua hingga tiga kali lipat menderita stunting

Baca juga: Mencegah bayi stunting dari calon ibu

Baca juga: Ibu hamil dan bayi harus dapat gizi seimbang dan ASI saat pandemi

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2023