• Beranda
  • Berita
  • Dolar terkerek karena data AS yang kuat mendukung sikap "hawkish" Fed

Dolar terkerek karena data AS yang kuat mendukung sikap "hawkish" Fed

27 Januari 2023 05:47 WIB
Dolar terkerek karena data AS yang kuat mendukung sikap "hawkish" Fed
Ilustrasi - Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta. ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/ama/aa. (ANTARAFOTO/PUSPA PERWITASARI)

Saya pikir itu memperkuat ekspektasi Fed bergerak ke 25 basis poin bergerak sekarang

Dolar naik terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah data menunjukkan ekonomi AS mempertahankan laju pertumbuhan kuat pada kuartal keempat, mendukung kasus Federal Reserve AS untuk mempertahankan sikap hawkish-nya lebih lama.

Produk domestik bruto meningkat pada tingkat tahunan 2,9 persen pada kuartal terakhir, Departemen Perdagangan mengatakan dalam perkiraan pendahuluan pertumbuhan PDB kuartal keempat.

Perekonomian tumbuh pada kecepatan 3,2 persen pada kuartal ketiga. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PDB naik pada tingkat 2,6 persen.

Sebuah laporan terpisah dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan klaim awal untuk tunjangan pengangguran di negara itu turun 6.000 menjadi 186.000 yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 21 Januari.

"Gambaran yang agak beragam dilukiskan oleh data AS," kata Stuart Cole, kepala ekonom makro di Equity Capital di London.

Baca juga: Harga emas jatuh setelah data ekonomi AS lebih kuat dari perkiraan

Baca juga: Rubel capai terendah 1 minggu vs dolar, pasar tunggu pembayaran pajak


Data menunjukkan ekonomi terus menunjukkan ketahanan dalam menghadapi pengetatan moneter yang cepat sejauh ini yang disampaikan oleh Fed, kata Cole.

"Tapi kontributor besar cerita pertumbuhan ini adalah persediaan, komponen yang hampir pasti akan melemah saat kita melewati 2023," katanya.

"Saya pikir itu memperkuat ekspektasi Fed bergerak ke 25 basis poin bergerak sekarang," kata Cole.

Euro 0,23 persen lebih rendah pada 1,08895 dolar, tetapi tidak jauh dari tertinggi sembilan bulan di 1,09295 dolar yang disentuh pada Senin (23/1/2023). Terhadap yen, dolar naik 0,54 persen pada 130,275 yen.

Perhatian sekarang beralih ke pertemuan bank-bank sentral minggu depan, termasuk Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa.

Pedagang secara luas memperkirakan Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Rabu depan (1/2/2023), turun dari kenaikan 50 basis poin pada Desember. Sementara itu, ECB telah berkomitmen untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar setengah poin persentase minggu depan.

Sterling hampir datar terhadap dolar AS, dengan kecepatan mencatat kenaikan tipis untuk minggu ini, kenaikan mingguan ketiga berturut-turut, bahkan ketika para pedagang tetap khawatir tentang tugas yang dihadapi Bank Sentral Inggris dalam mengendalikan inflasi tanpa merusak perekonomian yang sudah dalam resesi.

Aussie menyentuh level tertinggi baru 7-bulan di 0,71425 dolar AS di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga bank sentral Australia (RBA) akan dilakukan setelah data menunjukkan inflasi Australia melonjak ke level tertinggi 33 tahun pada kuartal terakhir.

Dolar Kanada naik ke level tertinggi dua bulan terhadap dolar AS pada Kamis (26/1/2023), sehari setelah bank sentral menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan dalam sebuah langkah yang dapat menandai akhir dari kampanye pengetatan agresif bank sentral.

Sementara itu, bitcoin sedikit berubah di 23.123 dolar AS, terus naik setelah melonjak sekitar sepertiga nilainya sejak awal Januari, menyusul kerugian besar yang dipicu oleh runtuhnya bursa kripto terkemuka FTX.

Baca juga: Dolar dekati terendah 8-bulan di awal sesi Asia jelang pertemuan Fed

Baca juga: Dolar melemah terbatas, pasar mencari petunjuk dari The Fed dan ECB

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023