"Pengertian gizi seimbang itu tergantung dari banyak faktor. Artinya, orang itu umur berapa, gender apa, kemudian kegiatan atau aktivitasnya apa, jadi tidak bisa dipukul rata harus sekian," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat.
Dia mengatakan yang jelas makanan tersebut harus mengandung karbohidrat, protein (terutama protein hewani), lemak, vitamin, dan mineral.
Apalagi, katanya, sekarang isu yang sedang booming berkaitan dengan masalah stunting. "Jadi, memang protein hewani itu harus diprioritaskan untuk menangani segala sesuatu, termasuk stunting," kata dosen Jurusan Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Unsoed itu.
Baca juga: Kemenko PMK perkuat sosialisasi mengenai gizi seimbang
Terkait dengan upaya pemerintah dalam penanganan stunting, Prof Winarsi mengatakan pemerintah sudah melakukannya secara maksimal, namun hal itu kembali ke masing-masing individu, karena status sosial maupun ekonomi masyarakat Indonesia belum merata.
Dengan demikian, kata dia, permasalahan status sosial dan ekonomi masyarakat juga perlu diatasi oleh pemerintah.
"Sebenarnya kalau bicara stunting itu kompleks, tidak tahu-tahu hamil, kemudian lahirnya stunting, enggak begitu, cukup panjang ceritanya," ujarnya.
Oleh karena itu, dia mengharapkan ketika pemerintah mengulurkan tangan dengan memberikan makanan tambahan sebagai upaya pemenuhan gizi bagi ibu hamil dan balita dalam rangka penanganan stunting harus dilanjutkan dengan rutinitas di keluarga masing-masing.
Menurut dia, hal itu harus dilakukan, karena tidak mungkin pemerintah akan memberikan makanan tambahan secara terus-menerus.
"Jadi, pemberian makanan tambahan yang dilakukan pemerintah itu secara periodik saja, kemudian diteruskan dengan rutin oleh keluarga masing-masing," ucapnya.
Baca juga: BKKBN: Penguatan Dashat diimbangi dengan edukasi gizi seimbang
Baca juga: Menko PMK: Pemenuhan gizi seimbang penting untuk cegah stunting
Terkait dengan hal itu, Prof Winarsi mengatakan pemahaman masyarakat dalam pemenuhan gizi berimbang harus ditingkatkan, salah satunya dengan menggencarkan edukasi kepada masyarakat.
Bahkan, ke depan ahli gizi akan didistribusikan sampai ke desa-desa seperti halnya bidan desa.
"Jadi, AIPGI (Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Gizi Indonesia) ada wacana ke depan untuk ke sana. Jadi, nanti memang dibutuhkan ahli gizi ini semakin banyak ke depannya dan upaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap gizi seimbang juga membutuhkan peran berbagai pihak," kata Prof Winarsi.
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023