• Beranda
  • Berita
  • Rupiah awal pekan ditutup menguat, dibayangi optimisme perekonomian AS

Rupiah awal pekan ditutup menguat, dibayangi optimisme perekonomian AS

30 Januari 2023 15:39 WIB
Rupiah awal pekan ditutup menguat, dibayangi optimisme perekonomian AS
Ilustrasi - Pegawai menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU/aa.

Positifnya ekonomi AS ini berpotensi untuk mendorong penguatan dolar AS, sehingga rupiah berpeluang tertekan

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore menguat, dibayangi optimisme terhadap perekonomian Amerika Serikat (AS) yang ditopang rilis data pertumbuhan ekonomi AS kuartal IV-2022.

Kurs rupiah ditutup naik 16 poin atau 0,10 persen ke posisi Rp14.970 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya pada Jumat (27/1) Rp14.986 per dolar AS.

"Sentimen yang memengaruhi adalah rilis data perekonomian AS kuartal IV 2022. Ekonomi AS dilaporkan tumbuh sebesar 2,9 persen, hal ini membangkitkan optimisme bahwa ekonomi AS dapat terus bertumbuh di bawah tekanan inflasi dan suku bunga tinggi," kata Analis ICDX Revandra Aritama saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Revandra menuturkan pasar tenaga kerja AS juga disebut berada di posisi yang baik. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran awal AS turun 6.000 menjadi 186.000 dalam pekan yang berakhir 21 Januari, terendah sejak April 2022.

"Positifnya ekonomi AS ini berpotensi untuk mendorong penguatan dolar AS, sehingga rupiah berpeluang tertekan," ujarnya.

Berdasarkan laporan Departemen Perdagangan AS, Kamis (26/1), Produk Domestik Bruto (PDB) AS meningkat pada tingkat tahunan 2,9 persen pada kuartal keempat 2022, di atas konsensus. Untuk tahun 2022 secara keseluruhan PDB AS tumbuh 2,1 persen.

Baca juga: Dolar menguat tipis di Asia jelang pertemuan bank-bank sentral utama

Perekonomian AS tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan pada kuartal IV karena konsumen mendorong belanja barang, data menunjukkan, tetapi itu bisa menjadi kuartal terakhir pertumbuhan PDB yang solid sebelum efek lambat dari kenaikan suku bunga jumbo bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), sepenuhnya terasa.

Penjualan rumah baru AS yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS meningkat 2,3 persen pada Desember ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman sebesar 616.000. Ini merupakan level tertinggi sejak Agustus.

Data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan mengangkat sentimen investor menjelang pertemuan kebijakan moneter bank sentral pekan ini.

Pasar berjangka memperkirakan probabilitas 94,7 persen untuk kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada Rabu (1/2) dan memperkirakan suku bunga Fed di 4,45 persen pada Desember mendatang, atau lebih rendah dari tingkat 5,1 persen yang telah diproyeksikan pejabat The Fed hingga tahun depan.

Investor cenderung menantikan hasil pertemuan bank sentral utama dunia di antaranya Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/FOMC) AS pekan ini.

Pekan ini juga akan menampilkan pertemuan Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Eropa yang akan menunjukkan jalur kebijakan moneter yang kemungkinan akan diambil oleh bank-bank sentral. Sedangkan dari faktor internal, pasar menunggu rilis data inflasi Indonesia.

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah ke posisi Rp14.974 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp14.970 per dolar AS hingga Rp14.987 per dolar AS.

Sementara itu kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah tipis ke posisi Rp14.979 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.978 per dolar AS pada Jumat (27/1).

Baca juga: Rupiah awal pekan menguat, pasar menanti hasil FOMC AS
Baca juga: Rupiah Senin pagi menguat 11 poin

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023