Juru Bicara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Febri Hendri Antoni Arif mengatakan sektor industri otomotif di Tanah Air pada 2022 menunjukkan kinerja cukup gemilang, yang terlihat dari peningkatan surplus perdagangan roda empat hingga 64 persen.
Angka tersebut diapresiasi karena ekspor otomotif melaju meskipun terdapat tekanan inflasi di berbagai negara dan dampak perang Rusia-Ukraina.
“Manufaktur kendaraan roda empat nasional berhasil menjadi pahlawan devisa dengan kemampuan ekspor kendaraan utuh atau Completely Built Unit (CBU) sebesar 473 ribu unit mobil, meningkat 60,7 persen dibanding 2021 yang berjumlah 294 ribu,” kata Febri lewat keterangannya di Jakarta, Senin.
Dari sisi nilai, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2022, ekspor CBU mencapai 5,7 triliun dolar AS atau meningkat 63,5 persen dibanding 2021 yang mencapai 3,5 miliar dolar AS.
“Apabila nilai ekspor dan impor kendaraan CBU dibandingkan secara nilai menghasilkan surplus devisa sebesar 3,4 miliar dolar AS, meningkat 64 persen dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah 2 miliar dolar AS,” sebutnya.
Berdasarkan data tersebut, menurut Febri, dapat disimpulkan bahwa pembinaan sektor otomotif dalam hal kinerja ekspor dalam bentuk CBU sudah berjalan di arah yang tepat.
“Ekspor otomotif Indonesia telah mencapai lebih dari 80 negara,” imbuhnya.
Baca juga: Ekspor mobil melalui IPCC Tanjung Priok naik 35 persen
Namun demikian masih banyak tantangan yang dihadapi oleh industri otomotif. Beberapa tantangan di antaranya terkait ketersediaan bahan baku, kekurangan semi-konduktor, kendala logistik dan transportasi, serta biaya energi yang tinggi.
Menurut Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan R Hendro Martono, untuk mengatasi tantangan tersebut, Kemenperin mendorong perusahaan untuk mengembangkan sayap untuk menjangkau pasar-pasar baru, menguatkan inovasi, serta meningkatkan anggaran Research & Development (R&D).
Hal-hal tersebut akan menjadi basis bagi Kemenperin dalam memperjuangkan insentif untuk industri otomotif. “Inovasi serta ketersediaan bahan baku merupakan kunci bagi masa depan industri otomotif,” ujarnya.
Di samping itu Kemenperin dan para stakeholder terus berupaya memastikan bahwa proses produksi industri otomotif dapat berjalan dengan baik, termasuk dalam hal ketersediaan bahan baku.
“Bapak Menteri Perindustrian juga meminta komitmen para pelaku industri otomotif untuk meningkatkan kandungan produk lokal, baik suku cadang maupun komponen, dalam proses manufaktur,” tuturnya.
Ia juga menekankan perlunya integrasi Industri Kecil dan Menengah (IKM) dalam pasokan dan produksi bagi industri yang lebih besar. Kemenperin berkomitmen untuk terus pertumbuhan dan pengintegrasian IKM ke dalam produksi global dan rantai pasokan industri otomotif.
“Kemitraan antara industri besar dan industri kecil ini diharapkan dapat menghasilkan sesuatu yang hebat,” imbuhnya.
Baca juga: Luhut yakin RI jadi produsen baterai kendaraan listrik terbesar 2027
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2023