Hal itu untuk membedakan antara negara yang bermasalah dan yang tidak terlalu bermasalah, kata Cavusoglu.
"Jika NATO dan negara-negara ini mengambil keputusan seperti itu, kami, Turki, berpikir bahwa kami dapat mengevaluasi kedua aplikasi itu secara terpisah. Namun, pertama-tama NATO dan negara-negara ini harus membuat keputusan," kata Cavusoglu dalam konferensi pers gabungan dengan Menlu Portugal Joao Gomes Cravinho.
Cavusoglu menekankan NATO dan negara-negara tersebut awalnya meminta agar proses keanggotaan kedua negara itu dilakukan secara bersamaan. Sejak saat itu, tambahnya, Finlandia telah mengambil beberapa langkah namun ada provokasi di Swedia.
"Kami telah mengatakan bahwa kami memiliki lebih sedikit masalah dengan Finlandia sejak proses aplikasi kedua negara dimulai. Akan adil jika kami memisahkan antara negara yang problematik dan yang lebih tidak problematik," katanya.
Sebelumnya, Minggu (29/1), Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pihaknya akan menunjukkan pendekatan yang berbeda antara aplikasi NATO Finlandia dan Swedia.
"Kami dapat merespons Finlandia secara berbeda jika perlu. Swedia akan terkejut ketika kami merespons Finlandia secara berbeda. Namun, Finlandia tidak boleh melakukan kesalahan yang sama," kata Erdogan.
Turki menyerahkan daftar 120 "teroris" yang perlu diekstradisi kepada Swedia, kata Erdogan. Dia juga meminta negara Nordik itu melakukan ekstradisi terhadap individu-individu "teroris" jika ingin bergabung dengan NATO.
Turki telah menunda pertemuan trilateral dengan Swedia dan Finlandia terkait permohonan apliaksi NATO keduanya. Rencananya, pertemuan itu berlangsung pada Februari menyusul insiden pembakaran Al-Qur'an di Swedia.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023