“Perlindungan bahasa daerah bukan hal yang mudah, karena banyak bahasa ini mulai ditinggal penuturnya,” kata Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek Suharti dalam Acer Edu Summit 2023 di Jakarta, Selasa.
Suharti mengatakan saat ini perlindungan terhadap bahasa daerah di Indonesia sangat diperlukan mengingat sudah mulai ditinggalkan, baik oleh generasi terdahulu maupun generasi kini.
Baca juga: Badan Bahasa tambah provinsi sasaran revitalisasi bahasa daerah
Ia menjelaskan upaya revitalisasi bahasa daerah ini, di antaranya melalui program Seniman Masuk Sekolah dan Belajar Bersama Maestro.
Kedua program tersebut memberi peluang bagi anak didik untuk belajar dan berinteraksi langsung dengan orang-orang yang paham dengan bahasa daerah maupun kesenian asli daerah.
Selain itu, saat ini juga banyak sekolah yang didukung pemerintah daerah untuk melindungi bahasa daerah melalui berbagai macam kegiatan, seperti lomba maupun ajang-ajang talenta lainnya.
“Kegiatan-kegiatan terkait dengan pengembangan bahasa dan kebudayaan juga kita lakukan,” ujar Suharti.
Berdasarkan data Kemendikbudristek, revitalisasi bahasa daerah sudah dilakukan oleh 157 kabupaten/kota di 13 provinsi, sementara untuk bahasa yang sudah direvitalisasi sebanyak 39 bahasa daerah.
Dalam upaya revitalisasi tersebut, lebih dari 2,9 juta siswa SD dan SMP terlibat dalam pembelajaran, bahkan sebanyak 2.016 pengawas serta 104.112 kepala sekolah dan guru juga berkontribusi.
Baca juga: Badan Bahasa ajak masyarakat sukseskan revitalisasi bahasa daerah
Baca juga: 17 provinsi jadi target revitalisasi bahasa daerah pada 2023
Selain itu, terdapat 33.764 penggiat bahasa daerah yang mengikuti revitalisasi bahasa daerah dengan 6.167 siswa SD dan SMP melaksanakan Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang dikunjungi oleh 15.405 orang.
Suharti menambahkan kini sudah ada dana abadi kebudayaan Dana Indonesiana yang melengkapi dana abadi pendidikan.
“Sekarang dana abadi untuk pendidikan yang terkumpul sudah hampir Rp120 triliun, dan tahun ini jatahnya mencapai Rp5 triliun ,” katanya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023