• Beranda
  • Berita
  • Badai PHK startup masih berpotensi terjadi, ini prediksi alasannya

Badai PHK startup masih berpotensi terjadi, ini prediksi alasannya

31 Januari 2023 21:21 WIB
Badai PHK startup masih berpotensi terjadi, ini prediksi alasannya
Ilustrasi kolaborasi pebisnis membangun dan eksekusi ide bisnis startup. ANTARA/HO-lifepal.co.id

Sejumlah asosiasi di bidang digital menilai fenomena badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan rintisan (startup) masih berpotensi terjadi pada 2023 mengingat kondisi global belum sepenuhnya membaik.

Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan bersama Indonesia (AFPI), Adrian Gunadi mengatakan faktor utamanya adalah risiko inflasi maupun resesi global yang mungkin dapat terjadi tahun ini.

"Inflasi dan bayang-bayang resesi global yang diprediksi akan menghantam 2023 ini sangat memungkinkan menjadi alasan perusahaan startup mengambil ancang-ancang sehingga melakukan efisiensi," Kata Adrian saat dihubungi Antara, Selasa.

Mantan Vice Chairman Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) ini menjelaskan bahkan perusahaan raksasa seperti Amazon pun perlu melakukan efisiensi dengan cara PHK untuk menjaga profit dan keseimbangan perusahaan.

Baca juga: Kemenkominfo petakan pelatihan untuk talenta digital terkena efisiensi

Oleh karena itu, Adrian Gunadi menyarankan agar para pekerja startup untuk meningkatkan kompetensi dan keahlian agar mampu dipertahankan perusahaan.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Startup Teknologi Indonesia (Atsindo), Handito Joewono mengatakan efisiensi ini sejatinya sudah direncanakan bertahun-tahun sebelumnya, tetapi tidak dilakukan karena berbagai alasan, termasuk pandemi COVID-19.

"Itu fenomena gunung es saja, ini sudah lama mereka tahan-tahan karena sebenarnya untuk PHK ribuan pekerja dapat mencoret nama perusahaan, namun mau tidak mau akhirnya harus dilakukan," imbuhnya.

Ekspektasi perusahaan startup digital yang terlalu besar beberapa tahun belakangan telah membuat banyak platform melakukan ekspansi dan merekrut lebih banyak pekerja. Namun pada kenyataannya permintaan pasar yang tidak sesuai harapan membuat perusahaan merugi.

"Salah satu contohnya Metaverse, respon pasar pada saat itu sangat baik, banyak yang memuji, namun meski begitu pada kenyataannya sedikit sekali pasar yang mau membeli, padahal mereka sudah terlanjur melakukan ekspansi besar-besaran," ujar Handito.

Baca juga: Kemenko Perekonomian: Badai PHK tak akan hambat perkembangan startup

Meski begitu, menurut Handito, bukan berarti industri teknologi digital semakin hari kian menurun, karena hal ini siklus yang wajar terjadi dalam bisnis.

Handito pun memberikan solusi kepada pekerja di bidang teknologi untuk banting setir merintis bisnis sendiri di bidang digital, dengan salah satu bidang yang berprospek baik adalah ekspor digital.

Sebelumnya perusahaan startup seperti Shopee, SiCepat, Sayurbox, Ruangguru, Sirclo, Ula, hingga Carousell melakukan PHK terhadap ratusan karyawan. Termasuk grup JD.ID yang segera menghentikan kegiatan operasional di Indonesia. 

Beberapa perusahaan digital raksasa dunia turut melakukan PHK massal, diantaranya Google (12.000 pekerja), Amazon (10.000 pekerja), Meta (11.000 pekerja), hingga Microsoft (1.000 pekerja).

Baca juga: Kemenko Perekonomian harap badai PHK tak surutkan semangat anak muda

Baca juga: Pengamat yakin anak muda tetap kreatif di tengah badai PHK startup

Baca juga: Kemenperin latih ribuan wirausaha baru sepanjang 2022


 

Pewarta: Pamela Sakina
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023