Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mendorong kegiatan pengelolaan sampah berbasis pemukiman yang dimulai dari lingkungan kecamatan untuk menyelesaikan sumber utama sampah yang berasal dari rumah tangga.kami bangun pengelolaan sampah di ibu kota kecamatan
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati mengatakan pemerintah terus berupaya mewujudkan target pengelolaan sampah 100 persen pada tahun 2025. Target ini diukur melalui pengurangan sampah sebesar 30 persen dan penanganan sampah sebesar 70 persen.
"Kami bangun pengelolaan sampah di ibu kota kecamatan (IKK) supaya mengurangi sampah dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA)," ujarnya di Jakarta, Rabu.
Vivien mengatakan pihaknya berkoordinasi secara intensif dengan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) untuk mendukung pendanaan terkait penanganan sampah.
Baca juga: KLHK tingkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengelolaan sampah
Baca juga: KLHK targetkan tidak ada pembangunan TPA baru pada 2030
Saat ini, anggaran untuk mengurusi sampah di 514 kabupaten/kota rata-rata hanya 0,51 persen dari total APBD mereka, sehingga penanganan sampah belum terkelola secara maksimal.
Berdasarkan analisa Kementerian LHK, setiap daerah membutuhkan sekitar 3 sampai 4 persen dari total APBD untuk mengatasi masalah sampah.
"Kami rencanakan kecamatan-kecamatan itu dibantu dengan dana dari BPDLH, tapi caranya bukan diberikan kepada kecamatan melainkan kepada sociopreneurship ataupun kelompok swadaya masyarakat yang mengelola sampah," kata Vivien.
"Orang-orang seperti itu butuh modal. Nanti ada offtaker, offtaker juga dikasih modal. Inilah yang sekarang kami bangun," imbuhnya.
Baca juga: KLHK ajak masyarakat kelola sampah secara mandiri
Saat ini, anggaran untuk mengurusi sampah di 514 kabupaten/kota rata-rata hanya 0,51 persen dari total APBD mereka, sehingga penanganan sampah belum terkelola secara maksimal.
Berdasarkan analisa Kementerian LHK, setiap daerah membutuhkan sekitar 3 sampai 4 persen dari total APBD untuk mengatasi masalah sampah.
"Kami rencanakan kecamatan-kecamatan itu dibantu dengan dana dari BPDLH, tapi caranya bukan diberikan kepada kecamatan melainkan kepada sociopreneurship ataupun kelompok swadaya masyarakat yang mengelola sampah," kata Vivien.
"Orang-orang seperti itu butuh modal. Nanti ada offtaker, offtaker juga dikasih modal. Inilah yang sekarang kami bangun," imbuhnya.
Baca juga: KLHK ajak masyarakat kelola sampah secara mandiri
Baca juga: Satlinmas Yogyakarta masih temukan warga buang sampah tidak terpilah
Lebih lanjut Vivien mengungkapkan bahwa generasi Z dan milenial adalah generasi paling peduli terhadap masalah sampah di Indonesia.
Menurutnya, generasi itu punya gaya hidup yang lebih bangga kalau mereka bisa less waste atau mengurangi sampah. Bahkan, anak-anak muda tersebut juga menciptakan berbagai perusahaan rintisan atau sociopreneurship terkait pengelolaan sampah di Indonesia.
"Saya optimistis mereka lebih mudah diajak untuk membantu mengelola dan mengurangi sampah," ucap Vivien.
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mencatat komposisi sampah berdasarkan jenis didominasi oleh sampah sisa makanan sebanyak 41,9 persen, sampah tumbuhan (kayu, ranting, dan daun) 12 persen, sampah kertas atau karton 10,7 persen, sampah plastik 18,7 persen, dan sampah lainnya 6,9 persen.
Sementara itu, komposisi sampah berdasarkan sumber sampah masih didominasi oleh rumah tangga dengan angka mencapai 37,6 persen, pasar tradisional sebanyak 16,6 persen, dan pusat perniagaan mencapai 22,1 persen.
"Ingat, sampah itu juga bicara soal individu. Individu itu ada di mana? tatanan yang paling kecil ada kelurahan dan kecamatan," pungkas Vivien.
Lebih lanjut Vivien mengungkapkan bahwa generasi Z dan milenial adalah generasi paling peduli terhadap masalah sampah di Indonesia.
Menurutnya, generasi itu punya gaya hidup yang lebih bangga kalau mereka bisa less waste atau mengurangi sampah. Bahkan, anak-anak muda tersebut juga menciptakan berbagai perusahaan rintisan atau sociopreneurship terkait pengelolaan sampah di Indonesia.
"Saya optimistis mereka lebih mudah diajak untuk membantu mengelola dan mengurangi sampah," ucap Vivien.
Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) mencatat komposisi sampah berdasarkan jenis didominasi oleh sampah sisa makanan sebanyak 41,9 persen, sampah tumbuhan (kayu, ranting, dan daun) 12 persen, sampah kertas atau karton 10,7 persen, sampah plastik 18,7 persen, dan sampah lainnya 6,9 persen.
Sementara itu, komposisi sampah berdasarkan sumber sampah masih didominasi oleh rumah tangga dengan angka mencapai 37,6 persen, pasar tradisional sebanyak 16,6 persen, dan pusat perniagaan mencapai 22,1 persen.
"Ingat, sampah itu juga bicara soal individu. Individu itu ada di mana? tatanan yang paling kecil ada kelurahan dan kecamatan," pungkas Vivien.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2023