"Pada lokasi-lokasi yang sangat rawan, kami bekerja sama dengan BNPB melakukan teknologi modifikasi cuaca dengan harapan bisa menambahkan cadangan air melalui pembuatan hujan buatan," kata Kepala BRGM Hartono dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Senin.
Pihaknya berkomitmen untuk terus fokus dalam pemulihan gambut terdegradasi karena restorasi gambut yang terdegradasi itu salah satu upaya pencegahan, terutama lahan gambut yang mengalami over drained.
Lahan gambut yang telah dikeringkan melalui pembangunan kanal punya potensi over drained saat musim kemarau. Dengan demikian, efek La Nina bisa dikurangi.
"BRGM bekerja sama juga dengan BRIN, BMKG, dan BNPB. Kami selalu menginformasikan kepada tujuh kepala daerah yang wilayahnya rawan terjadi kebakaran gambut tentang kondisi terakhir mengenai kelembapan dan kekeringan yang ada di wilayah mereka," kata Hartono.
Baca juga: Ekosistem lahan basah punya peran penting memitigasi perubahan iklim
Kegiatan modifikasi cuaca bukan kali ini saja dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mencegah dan menanggulangi kebakaran lahan gambut, melainkan setiap tahun sebagai bentuk mitigasi bencana.
Pada 2021, operasi teknologi modifikasi cuaca telah berlangsung pada empat provinsi, yakni Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Jambi dengan hasil curah hujan meningkat dua hingga 69 persen bila dibandingkan dengan curah hujan alamiah.
Operasi modifikasi cuaca dilakukan dengan menyemai garam natrium klorida ke awan untuk menciptakan kondensasi pada awan Comulonimbus agar segera menurunkan hujan. Cara itu bisa dilakukan menggunakan pesawat terbang ataupun ditembakkan dari darat menggunakan roket.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi ancaman kebakaran hutan dan lahan semakin tinggi memasuki musim kemarau yang diprakirakan akan dimulai pada April-Mei 2023, terkhusus daerah-daerah yang memiliki kawasan hutan dan lahan gambut di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), luas lahan gambut Indonesia menduduki posisi ke-4 di dunia dengan luas mencapai 13,9 juta hektare. Potensi itu tersebar di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Baca juga: Pemprov Kalimantan Tengah harapkan dukungan pusat cegah karhutla
Baca juga: Peneliti pelajari aksi restorasi gambut berbasis masyarakat di Siak
Baca juga: Walhi: Identifikasi lahan gambut lokasi kebakaran berulang
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023