• Beranda
  • Berita
  • Akademisi: Aceh masih kekurangan dokter umum dan spesialis

Akademisi: Aceh masih kekurangan dokter umum dan spesialis

8 Februari 2023 00:16 WIB
Akademisi: Aceh masih kekurangan dokter umum dan spesialis
Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK) Dr dr Safrizal Rahman M Kes SpOT (ANTARA/Khalis Surry)
Akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh  Dr dr Safrizal Rahman M Kes SpOT menyatakan Aceh masih kekurangan dokter umum maupun spesialis, sehingga pihak kampus terus mengejar produksi kelulusan guna mencapai pemerataan dokter di seluruh Tanah Rencong itu.

Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran USK Dr dr Safrizal Rahman M Kes SpOT, Selasa (7/2), mengatakan saat ini jumlah dokter umum maupun spesialis di Aceh sekitar 3.500 orang, yang terdistribusi paling dominan di kota-kota besar seperti Banda Aceh, Aceh Utara, Bireuen, Pidie, Langsa dan lainnya.

“Masih banyak daerah-daerah yang dari sisi jumlah untuk dokter masih sangat kurang sehingga memang masih ada upaya pemerataan baik dokter umum maupun dokter spesialis di seluruh Aceh,” kata Safrizal di Banda Aceh.

Saat ini, dia menjelaskan, Aceh memiliki tiga fakultas kedokteran yang menjadi pabrik produksi dokter, meliputi Universitas Syiah Kuala, Universitas Abulyatama, dan Universitas Malikussaleh, sehingga sangat disayangkan kondisi Aceh masih kekurangan dokter umum maupun spesialis.

Kata dia, dengan adanya tiga fakultas yang rata-rata sudah akreditasi, maka Aceh memiliki potensi untuk mencapai pemerataan dokter, baik yang melakukan pelayanan di Puskesmas maupun rumah sakit umum di kabupaten/kota seluruh Aceh.

Apalagi, lanjut dia, secara nasional Kemendikbud dan Kemenkes juga meminta agar kuota penerimaan peserta didik ditingkatkan, dan Aceh sedang melakukan itu dalam upaya mengejar ketertinggalan jumlah dokter di Indonesia dan khususnya untuk seluruh Tanah Rencong.

“Tentu saja center pendidikan yang baru ini kita terus bergerak untuk bisa meningkatkan daya tampung dari peserta didik agar juga menghasilkan lebih banyak program pendidikan spesialis,” ujarnya.

Ia menjelaskan, paradigma kesehatan sekarang sudah berubah. Dulu hanya membutuhkan dokter spesialis penyakit dalam, namun sekarang spesialis penyakit dalam semakin berkembang yang melahirkan sub spesialis dengan jangkauan ilmu semakin luas, sehingga kebutuhan juga semakin meningkat.

Kata dia, Aceh sudah cukup terpenuhi untuk dokter spesialis dasar, namun masih sangat kurang dokter spesialis penunjang, seperti radiologi, patologi klinis, anestesi dan beberapa spesialis lain yang memang masih sangat kurang di wilayah Aceh.

“Sehingga ini harus kita kejar. Selain menghadirkan spesialis ke daerah-daerah tentu juga harus dilengkapi fasilitas, kalau tidak, mereka yang sudah dididik dan siap bekerja memberi pelayanan kepada masyarakat tentu tidak bisa bekerja tanpa bantuan pendukung yang bisa menguatkan kerja mereka,” ujarnya.

Saat ini, dia menambahkan, dalam lima tahun terakhir, Fakultas Kedokteran USK telah memiliki 14 program pendidikan dokter spesialis, yang bahkan beberapa di antaranya belum ada di kampus lain wilayah sumatera seperti bedah plastik dan mikrobiologi klinik.

“Bahkan beberapa di antaranya itu hanya ada di sumatera seperti bedah plastik, dan mikrobiologi klinis itu barang kali untuk sumatera, hanya Fakultas Kedokteran USK yang punya,” ujarnya.

Baca juga: PIKI: RI kekurangan dokter dan alat pemeriksaan untuk penyakit jantung
Baca juga: Direktur: RSMS Purwokerto masih kekurangan dokter subspesialis
Baca juga: AFKSI dukung program pemerintah perbanyak dokter di Indonesia

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023