Kantor Bank Indonesia Perwakilan Nusa Tenggara Timur melaporkan bahwa kinerja ekonomi provinsi berbasis kepulauan itu masih menunjukkan ketahanan yang cukup kuat di tengah perlambatan ekonomi global dan kenaikan inflasi domestik.Perbaikan ekonomi NTT juga tercermin pada kinerja berbagai lapangan usaha yang tetap baik.
“Hal ini tercermin dari kondisi pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT di triwulan IV 2022 yang masih tumbuh cukup tinggi sebesar 3,45 persen year on year (yoy),” kata Kepala BI wilayah Perwakilan NTT Stefanus Donny H Heatubun di Kupang, Rabu.
Dia mengatakan dengan perkembangan ini, pertumbuhan ekonomi NTT pada 2023 mencapai 3,05 persen (c-to-c), lebih tinggi dari capaian tahun sebelumnya sebesar 2,52 persen (c- to-c).
Baca juga: Indef proyeksikan ekonomi RI triwulan I 2023 tumbuh 4,9 persen
Kata dia, kinerja ekonomi yang tetap kuat tersebut terutama didukung oleh berlanjutnya permintaan domestik yang semakin tinggi.
“Perbaikan ekonomi NTT juga tercermin pada kinerja berbagai lapangan usaha yang tetap baik,” tambah dia.
Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2023 tetap kuat didorong oleh perbaikan permintaan domestik sejalan dengan terus meningkatnya mobilitas dan berlanjutnya penyelesaian Program Strategis Nasional (PSN).
Namun demikian, dampak perlambatan ekonomi global terhadap kinerja ekspor dan potensi tertahannya konsumsi rumah tangga akibat kenaikan inflasi patut diwaspadai.
Sementara itu dari sisi pengeluaran, terdapat beberapa komponen yang menunjukkan pertumbuhan positif, di antaranya, pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pengeluaran konsumsi LNPRT yang tumbuh sebesar 1,94 persen (yoy) dan 3,26 persen (yoy).
Pertumbuhan yang tetap tinggi tersebut sejalan dengan kebijakan penyesuaian harga BBM yang dilakukan oleh pemerintah, serta penyaluran bantuan sosial dan subsidi energi.
Baca juga: Menkeu: Pemulihan kuat di 2022 jadi pijakan hadapi perekonomian 2023
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga disebabkan oleh meningkatnya aktivitas konsumsi masyarakat di tengah perayaan Natal dan Tahun Baru, serta aktivitas masyarakat yang terus membaik pascapencabutan kebijakan pembatasan seiring dengan terkendalinya kasus COVID-19.
Sementara itu lanjut dia, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, dan net ekspor masih terkontraksi masing-masing sebesar 5,15 persen (yoy), 0,05 persen (yoy), dan 10,35 persen (yoy). Perlambatan tersebut bersumber dari penurunan belanja barang untuk penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PC-PEN), dan deselerasi aktivitas konstruksi dan menurunnya realisasi belanja modal pada triwulan IV.
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023