• Beranda
  • Berita
  • Ahli ITB dan Rumah Amal Salman bangun puskesmas bencana di Cianjur

Ahli ITB dan Rumah Amal Salman bangun puskesmas bencana di Cianjur

8 Februari 2023 17:14 WIB
Ahli ITB dan Rumah Amal Salman bangun puskesmas bencana di Cianjur
Lembaga pengelola zakat, infak, sedekah dan lainnya yang berfokus pada pendidikan dan teknologi, yakni Rumah Amal Salman bersama para ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat puskesmas ramah bencana, di Wilayah Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. (ANTARA/HO-Rumah Amal Salman)
Lembaga pengelola zakat, infak, sedekah dan lainnya yang berfokus pada pendidikan dan teknologi, yakni Rumah Amal Salman bersama para ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) membuat puskesmas ramah bencana, di Wilayah Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
 
Wilayah tersebut mengalami kerusakan cukup parah akibat gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 yang menimpa Kabupaten Cianjur, pada tahun 2022.
 
Perancang puskesmas semi permanen yang juga dosen SAPPK ITB, Prodi Arsitektur, Dr ing Andry Widyowijatnoko, ST MT dalam keterangan tertulis, Rabu, mengatakan bangunan terdiri dari material kayu.
 
Dibuat semi tunel atau terowongan yang berkembang menjadi vektor kayu dengan dimensi yang sama, sehingga mudah untuk dibangun dalam waktu yang singkat yakni hanya 21 hari.

Baca juga: PMI Grobogan tuntaskan pembangunan 80 huntara di Cianjur

Baca juga: BNPB serahkan proses rehabilitasi dan rekonstruksi ke Korem 061/SK
 
“Salah satu konstruksi yang mudah diaplikasikan di kondisi gempa seperti ini adalah dengan kayu. Kemudian dikombinasikan dengan papan atau multipleks. Selain itu, material seperti ini memiliki manfaat lebih lama. Ketika puskesmas permanen sudah jadi maka bangunan ini bisa dialih-fungsikan menjadi yang lain,” ujar Andry.
 
Bangunan puskesmas ini memiliki luas 10 m x 12 m, sehingga cukup untuk menampung berbagai kegiatan puskesmas, seperti, persalinan, pelayanan ibu hamil, bayi, balita, lansia, berobat umum, termasuk ruang IGD dan juga laboratorium.
 
Andry yang juga mewakili Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) ITB menambahkan, Puskesmas merupakan objek vital di lokasi gempa karena menjadi jantung layanan bagi warga yang membutuhkan untuk berobat.
 
Pertimbangan bangunan ramah gempa disambut antusias warga yang hendak berobat, alasan itu juga yang membuat pihaknya membuat sebuah struktur yang relatif ringan tapi kuat.
 
"Jadi kita juga ingin menghadirkan sebuah arsitektur yang lebih fungsional tapi juga memiliki estetika yang lebih bagus. Teknologi seperti ini sudah kami aplikasikan di Lombok, Palu, dan Mamuju," kata dia.
 
Namun, untuk yang bentuk puskesmas baru itu pertama kali di Cugenang. Puskesmas itu kerja sama antara LPPM ITB, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB dan juga Rumah Amal Salman.
 
Puskesmas nyaman
 
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, dr Irvan Nur Fauzy, mengatakan keberadaan puskesmas semi permanen yang dibangun Rumah Amal Salman dan para arsitek ini sangat berimbas kepada kenyamanan warga Cugenang untuk berobat.
 
"Kami mengapresiasi pembangunan puskesmas ini. Pasalnya puskesmas ini memiliki wilayah kerja 9 desa dan lebih dari 60 ribu warganya yang terdampak gempa," katanya.
 
Ia melihat puskesmas sebagai selter medis ini sudah memberikan ruang pelayanan yang layak dimana ventilasinya cukup, pencahayaan  cukup, sirkulasi juga memadai, dan untuk mobilisasi internal kesehatan maupun pasien juga memadai.
 
Dokter fungsional Puskesmas Cugenang, dr Yuli Hadianto mengatakan pelayanan kesehatan dari awal gempa tidak bisa terputus dalam kondisi apapun, sehingga Puskesmas sering berpindah-pindah tempat.
 
"Yang paling penting memang fasilitas. Fasilitas yang baik tentunya diperlukan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Tempatnya juga kan harus representatif karena di Puskesmas banyak pelayanannya, dan sekarang terbantu dengan adanya selter puskesmas yang dibangun oleh Rumah Amal Salman dan arsitek ITB," katanya.
 
Yuli mengatakan, sebelumnya ia melakukan pelayanan di tenda, dan itu sangat tidak maksimal. Selain kepada para perawat juga kepada masyarakat juga enggan untuk berobat.
 
"Di tenda panas, bocor kalau hujan, keamanan tidak terjaga, tapi di selter dengan semi permanen ini bagus. Lagipula di sini juga masih sering terjadi gempa susulan, sekarang kami pun merasa aman melayani begitu pun pasien," katanya.*
   

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023