Kepala DKK Surakarta Siti Wahyuningsih di Solo, Rabu, mengatakan kewaspadaan penggunaan obat muncul menyusul kasus gagal ginjal pada anak di Solo.
"Kewaspadaan agar ditingkatkan namun tidak perlu ketakutan berlebihan, masyarakat dapat info benar," katanya.
Ia mengimbau masyarakat meminum obat sesuai dengan petunjuk dokter.
Baca juga: BPOM bagi tips konsumsi obat yang aman untuk balita
Baca juga: BPOM umumkan obat sirop Praxion aman dikonsumsi
"Semua obat ada efek samping, dosis benar, cara benar, indikasi yang benar," katanya.
Terkait hal itu, sebetulnya DKK sudah aktif memberikan edukasi kepada masyarakat baik melalui kader posyandu maupun media sosial.
"Ini perlu kerja sama dari semua pihak. Kalau harus pakai resep dokter, ya, jangan beli obat dengan resep dokter secara bebas. Kadang obat antibiotik beli hanya 2-3, itu kan jadi resisten. Kadang masyarakat nggak tahu itu," katanya.
Selain itu, dikatakannya, yang berhak mendiagnosa suatu penyakit dan meresepkan obat adalah dokter, sedangkan yang memberi obat adalah farmasi.
"Jadi bukan farmasi yang mendiagnosa, kasih obat, itu nggak boleh. Selain itu, pembelian obat secara bebas juga harus lebih berhati-hati. Ini jadi PR bersama, kami ke arah perlindungan masyarakat," katanya.
Ia mengatakan saat ini pelayanan kesehatan ada di banyak tempat. Menurut dia, daripada masyarakat membeli obat secara bebas, akan lebih baik jika masyarakat memeriksakan diri ke klinik.
"Harapannya pemakaian obat menjadi benar. Termasuk obat sediaan di rumah agar dikonsultasikan dengan puskesmas," katanya.*
Baca juga: Produsen klaim Praxion penuhi syarat Farmakope
Baca juga: IDI imbau masyarakat hindari beli obat mandiri tanpa resep dokter
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2023