India, yang pada Desember menjadi presiden G20, akan mendesak sesama anggotanya untuk bekerja demi kemajuan dalam masalah ini, kata menteri keuangannya, Nirmala Sitharaman, dalam panggilan video dengan Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.
Kelompok 20 ekonomi maju dan berkembang utama pada akhir tahun 2020 meluncurkan Kerangka Bersama - sebuah mekanisme untuk menyediakan perombakan utang yang cepat dan komprehensif bagi negara-negara yang menghadapi beban utang, terutama setelah guncangan COVID-19, yang akan melampaui moratorium pembayaran utang sementara.
Tetapi, pembuat kebijakan dan politisi di beberapa negara miskin mengatakan mekanisme tersebut telah gagal memberikan banyak bantuan, karena kurangnya kemajuan dalam membawa para kreditor utama ke meja perundingan dan membuat mereka berkomitmen untuk tindakan bersama.
Sitharaman memberi tahu Georgieva bahwa India akan mendukung upaya penerapan Kerangka Bersama yang tertib dan tepat waktu, kata kementeriannya, dikutip dari Reuters.
Negara-negara termiskin di dunia menghadapi sekitar 35 miliar dolar AS dalam bentuk pembayaran utang kepada kreditor resmi dan sektor swasta pada tahun 2022, lebih dari 40 persen dari jumlah tersebut berutang kepada China, menurut perkiraan Bank Dunia.
Sitharaman dan Georgieva setuju bahwa suara "rentan dan kurang terwakili" perlu didengar melalui kepemimpinan G20, kata kementerian keuangan di Twitter.
Ketua IMF sebelumnya mengatakan bahwa menteri keuangan China dan gubernur bank sentralnya akan menghadiri meja bundar dengan kreditor lain dan beberapa negara peminjam akhir bulan ini di India.
Sitharaman juga meminta dukungan IMF dalam memberikan analisis teknis untuk memastikan ketahanan pangan dan energi untuk semua.
Baca juga: India jadi tuan rumah KTT Voice of Global South pertama
Baca juga: Sri Mulyani : Program prioritas G20 Indonesia dilanjutkan di G20 India
Baca juga: RI dorong pembentukan kelompok kerja baru dalam Presidensi G20 India
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023