• Beranda
  • Berita
  • Waka MPR: Kebebasan pers harus disertai tanggung jawab sosial

Waka MPR: Kebebasan pers harus disertai tanggung jawab sosial

9 Februari 2023 16:08 WIB
Waka MPR: Kebebasan pers harus disertai tanggung jawab sosial
Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah. ANTARA/HO-MPR

Masyarakat saat ini kebanjiran berita di mana algoritma raksasa yang bersifat digital hanya mendorong ke arah pemberitaan komersial dan sensasional

Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengingatkan kebebasan pers tanpa tanggung jawab sosial dari insan pers hanya akan melahirkan anarkisme di tengah masyarakat.

"’Di negara yang menganut paham demokrasi, kebebasan pers tentu harus kita dukung sebab pers adalah pilar keempat demokrasi. Tapi harus diingat, di negara mana pun, kebebasan yang berlebihan tanpa diiringi oleh tanggung jawab sosial politik hanya akan melahirkan kebingungan masyarakat yang ujungnya adalah anarkisme,’" kata Ahmad Basarah dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

Ahmad Basarah juga sependapat soal pernyataan Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan di acara peringatan Hari Pers Nasional 2023.

Presiden Jokowi mengingatkan dunia pers saat ini sedang tidak baik-baik saja, menurut Jokowi dulu isu yang berkembang adalah tuntutan kebebasan pers, saat ini isu bergeser ke arah tuntutan dibuatnya berita yang bertanggung jawab agar tidak membingungkan masyarakat.

‘"Masyarakat saat ini kebanjiran berita di mana algoritma raksasa yang bersifat digital hanya mendorong ke arah pemberitaan komersial dan sensasional," ungkap Presiden Jokowi.

Ahmad Basarah mendukung penuh pernyataan Presiden di acara HPN 2023 itu sambil menegaskan bahwa terlalu berbahaya jika jumlah media massa yang sangat banyak saat ini tidak diikuti oleh pengawasan hukum dan penerapan etika jurnalistik yang konsisten.

Di tengah situasi politik yang memanas menjelang Pilpres 2024, dia mengingatkan masyarakat akan bingung saat dibanjiri berita hoaks tanpa konfirmasi, berita tendensius berdasarkan afiliasi partai politik tertentu, atau berita yang membesar-besarkan politik identitas yang membenturkan kerawanan suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Baca juga: Khofifah: HPN 2023 momentum perkuat kebebasan pers bertanggung jawab

Baca juga: Dewan Pers: Kita harus kembangkan pers bebas bertanggung jawab


‘"Saat ini diperkirakan ada 235.000 wartawan yang bekerja untuk 47.000 media di Indonesia, 43.000 di antaranya media online. Dari ratusan ribu wartawan itu, berapa yang telah benar-benar lulus uji kompetensi wartawan? Berapa banyak media online yang sudah terverifikasi oleh Dewan Pers dan benar-benar tidak terikat oleh afiliasi partai politik tertentu," tuturnya.

Dia juga membahas laporan Dewan Pers yang menyatakan ada 691 dugaan pelanggaran jurnalistik yang dilaporkan ke Dewan Pers pada 2022.

Kemudian laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika bahwa dari 43 ribu portal berita online yang ada saat ini, tak lebih dari 100 media yang telah terverifikasi oleh Dewan Pers.

Menurutnya tanggung jawab sosial politik di kalangan pers tidak bisa hanya diharapkan dari tumbuhnya kesadaran moral insan pers yang berpatokan pada etika jurnalistik dan UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Faktanya, kendati UU telah disahkan dan etika jurnalistik telah dibuat, tetap saja banyak terjadi pelanggaran jurnalistik yang dilaporkan ke Dewan Pers atau ada ribuan berita hoaks yang dilaporkan oleh Kemenkominfo setiap bulan.

‘"Jika ini terus dibiarkan, harapan masyarakat bahwa media massa menjadi pilar keempat demokrasi akan sirna lalu diam-diam terjadi pembusukan sosial dan anarkisme. Masyarakat jadi terbiasa menerima berita bohong. Saya khawatir nantinya seluruh masyarakat akan kehilangan kepercayaan pada media massa apa pun," ujarnya.

Baca juga: Presiden Jokowi minta pers tidak hanya bicara soal kebebasan

Dia pun mengajak semua insan pers di Indonesia untuk membaca ulang patriotisme para wartawan di masa kemerdekaan, yang hanya menulis berita demi kepentingan nasionalisme Indonesia yang didasarkan atas nilai-nilai Pancasila.

Ketika suhu politik mulai memanas jelang pilpres 2024, ia mengajak semua insan pers menjaga persatuan bangsa dan dengan kesadaran sendiri memilih dan memilah berita yang tidak mengadu domba.

"’Hanya dengan begitu, pers di Indonesia ikut mencerdaskan bangsa sekaligus mendewasakan masyarakat pembaca sesuai dengan tujuan kita bernegara seperti termaktub dalam pembukaan UUD 45," tuturnya.

Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2023