"Inilah wajah proses pendidikan kita yang mulai bertransformasi. Ada asesmen awal untuk mengetahui kebutuhan siswa, sehingga guru tahu apa yang harus dilakukan dan dikolaborasikan bersama," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, BSKAP Kemendikbudristek, Zulfikri Anas usai melakukan Pemantauan Bersama Komite Pengarah Nasional INOVASI tentang IKM, PMM, dan Rapor Pendidikan SD dan MI di Mbay, Kabupaten Nagekeo, Kamis.
Kemendikbudristek bersama Kementerian/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Agama (Kemenag) melakukan pemantauan bersama (join monitoring visit) di Kabupaten Nagekeo untuk mengamati pelaksanaan dan tantangan implementasi Kurikulum Merdeka, akses ke platform Merdeka Mengajar, dan penggunaan Rapor Pendidikan sebagai akuntabilitas dan perencanaan berbasis data.
Dalam kunjungan ke beberapa SD dan MI dalam wilayah Kabupaten Nagekeo ini, Kemendikbudristek mendapati pola pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka yang menekankan pada kebutuhan siswa, khususnya pada kelas rendah atau kelas satu sampai tiga.
Zulfikri Anas mengatakan para guru yang ditemui memahami kebutuhan siswa sehingga pola pengajaran yang diberikan pun mengikuti kebutuhan tersebut. Dia menyebut implementasi cara itu membantu siswa untuk belajar dan tidak minder satu sama lain apabila kemampuan baca dan tulis siswa masih tertinggal. Selain itu ada pemantauan setiap bulan untuk melihat perkembangan masing-masing anak didik.
Menurutnya implementasi Kurikulum Merdeka yang tuntas di kelas rendah akan semakin menunjang kemampuan kompetensi lain pada anak didik khususnya ketika menimba ilmu pada jenjang SMP dan SMA. Implementasi kebijakan nasional di daerah ini juga telah sesuai dengan misi utama Kurikulum Merdeka untuk memberikan keleluasaan pada guru dalam mengkondisikan tumbuh dan kembang anak sesuai kebutuhan anak dan daerah.
"Kalau sudah kuat pondasinya (di SD), maka yang beruntung itu saat SMP dan SMA. Nagekeo bisa berkembang dengan pesat," ungkapnya.
Tiga kementerian yang melakukan pemantauan bersama di Nagekeo merupakan bagian dari Komite Pengarah Nasional Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) yang merupakan kemitraan Australia-Indonesia.
Kementerian Agama juga memberikan apresiasi serupa baik kepada Pemerintah Kabupaten Nagekeo maupun INOVASI. Kepala Subdit Kurikulum dan Evaluasi, Direktorat Kurikulum, Sarana Prasarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Suwardi mengatakan guru-guru dan pendamping memiliki keberanian dan kecakapan dalam berinovasi sehingga mampu mengimplementasikan kurikulum merdeka sesuai kebutuhan setiap siswa.
Dalam kunjungannya ke SD Katolik Wolopogo Boawae dan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Nagekeo, dia mendapati anak-anak kelas satu yang telah lancar membaca dan menulis. Menurutnya hal itu bisa terwujud karena guru-guru diberi kemerdekaan dalam mengelola pendidikan, sehingga mereka mampu memahami kebutuhan siswa dan mencari pola pembelajaran yang sesuai untuk masing-masing siswa.
Pada kesempatan itu Suwardi memberikan apresiasi atas kolaborasi dari pemerintah pusat bersama Pemerintah Provinsi NTT dan Pemerintah Kabupaten Nagekeo sehingga kemajuan pendidikan bisa dirasakan dengan sangat baik oleh para guru sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah.
Dia pun meyakini kebijakan Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do untuk menempatkan guru-guru terbaik di kelas rendah serta tidak membedakan antara sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah dapat mewujudkan pendidikan yang semakin berkualitas di Kabupaten Nagekeo.
Senada dengan dua kementerian lain, Suprapto Budinugroho dari Bappenas optimis kolaborasi kebijakan antar pemerintah pusat dan daerah dapat menghasilkan kerja-kerja baik untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam dunia pendidikan.
Dia juga menyebut program bupati untuk menempatkan guru terbaik pada kelas rendah harus direplikasi ke sekolah-sekolah lain di berbagai daerah.
"Kerja sama dengan INOVASI yang juga bisa kita dorong agar praktik baik ini bisa direkam dan ditularkan secara nasional," katanya.
Adapun hasil pemantauan bersama itu akan digunakan sebagai referensi bagi pembuat kebijakan nasional perihal keberlanjutan program pembelajaran yang inklusif dan peningkatan keterampilan dasar untuk semua anak.
Selain itu, hasil dialog dan temuan yang ada akan menjadi masukan sinkronisasi antara tiga kementerian tersebut dengan Pemkab Nagekeo.
Baca juga: Kemendikbudristek: Hampir 500 ribu mahasiswa ikuti program MBKM
Baca juga: Kemendikbudristek buka pendaftaran Kurikulum Merdeka lewat belajar.id
Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023