Perwakilan UNHCR di Suriah Sivanka Dhanapala, dalam konferensi pers melalui tautan video dari Damaskus mengatakan angka tersebut baru perkiraan awal jumlah warga yang memerlukan bantuan tempat penampungan.
"Kami baru saja mendapatkan perkiraan awal bahwa 5,37 juta orang yang terdampak gempa akan memerlukan bantuan tempat penampungan di seluruh Suriah. Itu jumlah yang sangat besar dan terjadi pada populasi yang sudah mengalami pengungsian massal," kata Dhanapala.
Dia menambahkan UNHCR saat ini mengutamakan pada penyediaan tempat penampungan dan berbagai barang bantuan untuk memastikan pusat-pusat pengungsi memiliki fasilitas memadai, seperti tenda, terpal plastik, selimut termal, alas tidur, dan pakaian musim dingin.
Sementara itu, seorang pejabat senior Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Catharina Boehme, Jumat, mengatakan kondisi dampak gempa bumi tersebut sangat menyedihkan dan berpacu dengan waktu.
"Bagi Suriah, ini merupakan krisis di dalam krisis. Kami mengalami guncangan ekonomi, COVID-19, dan saat ini berada di puncak musim dingin dengan badai salju mengganas di area-area yang terdampak," ungkap Boehme.
Dia menyebutkan beberapa staf lokal PBB tidur di luar rumah mereka karena khawatir dengan kerusakan struktur rumah mereka.
"Ini hanyalah sebuah mikrokosmos dari apa yang terjadi di seluruh area yang terdampak," katanya.
Dia menambahkan Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus bertemu dengan mitra-mitra lokal dan warga terdampak gempa di Aleppo, Jumat.
Menurut Ghebreyesus, WHO telah mengirimkan pasokan medis dan alat bedah ke 16 rumah sakit di Suriah.
"WHO telah mengucurkan sekitar 3 juta dolar AS dari dana daruratnya, tetapi masih dibutuhkan lebih banyak lagi," ujarnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2023