• Beranda
  • Berita
  • Aftech sebut instrumen reksa dana berpotensi menarik di 2023

Aftech sebut instrumen reksa dana berpotensi menarik di 2023

14 Februari 2023 15:44 WIB
Aftech sebut instrumen reksa dana berpotensi menarik di 2023
Tangkapan layar - Ketua Departemen Manajemen Aset Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Claudia Kolonas dalam acara Economic Outlook 2023 yang dipantau di Jakarta, Selasa (14/2/2023). ANTARA/Muhammad Heriyanto/am.

Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah lumayan tinggi, sehingga investasi yang menghasilkan yield to maturity, bagus untuk portofolio dan diversification

Ketua Departemen Manajemen Aset Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Claudia Kolonas mengatakan reksa dana pasar uang berpotensi menjadi instrumen investasi yang menarik pada tahun 2023.

“Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sudah lumayan tinggi, sehingga investasi yang menghasilkan yield to maturity, bagus untuk portofolio dan diversification,” ujar Claudia dalam acara Economic Outlook 2023 yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Adapun, suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) saat ini berada di level 5,75 persen, yang diperkirakan akan dinaikkan lagi sebesar 25 basis poin pada Februari 2023.

Ia melanjutkan, instrumen obligasi atau Surat Berharga Negara (SBN) juga layak dipertimbangkan oleh para investor pada semester II-2023 seiring dengan stabilnya imbal hasil atau yield SBN pemerintah.

Terkait investasi di instrumen saham, menurut dia volatilitas pasar masih akan tinggi pada semester II- 2023.

Namun, Ia memperkirakan faktor fundamental ekonomi, pelonggaran kegiatan masyarakat, serta menjelang tahun politik 2024 bisa mempengaruhi pergerakan saham di pasar modal Indonesia.

“Karena ada faktor politik yang akan menjadi poin penting di 2023 dan 2024,” ujar Claudia.

Di sisi lain, Ia mengingatkan pelaku pasar keuangan dalam negeri tetap memperhatikan arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed dalam beberapa waktu ke depan.

Dengan masih kuatnya data ketenagakerjaan AS, ada kekhawatiran bahwa The Fed masih akan menaikkan Fed Fund Rate (FFR) lagi.

“Kalau Fed meningkatkan bunga, dana akan cenderung kesana dibandingkan Indonesia, suku bunga lebih meningkat luar negeri,” ujar Claudia.

Dengan demikian, Ia berharap para pemangku kebijakan untuk mendukung inovasi keuangan digital sebagai upaya mendorong pemulihan ekonomi nasional (PEN) pada tahun 2023.

Selain itu, juga mendorong perkembangan perekonomian dan sektor keuangan melalui implementasi Undang- Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).

Ia mengatakan UU P2SK bisa berperan penting untuk memperkuat investor ritel, sehingga kenaikan suku bunga acuan luar negeri bisa tidak terlalu berdampak terhadap pasar modal Indonesia,

Menurutnya, katalis positif yang akan mendorong investasi di dalam negeri pada 2023 di antaranya pertumbuhan ekonomi domestik, surplus dari ekspor komoditas, serta tahun politik untuk persiapan Pemilu 2024.

“Surplus ini akan menjadi katalis yang mendorong untuk ekonomi di Indonesia,” ujar Claudia.

Baca juga: Schroders sebut obligasi bakal 'rally' seiring inflasi AS melandai
Baca juga: OCBC NISP:Investor harusnya yakin pada obligasi dan reksadana ke depan
Baca juga: HSBC Indonesia: Saham masih jadi prioritas portfolio investasi

 

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023