• Beranda
  • Berita
  • DLH: Budi daya maggot kurangi sampah ke TPA hingga 3 ton per hari

DLH: Budi daya maggot kurangi sampah ke TPA hingga 3 ton per hari

16 Februari 2023 15:11 WIB
DLH: Budi daya maggot kurangi sampah ke TPA hingga 3 ton per hari
 Ilustrasi: budi daya maggot di Lingkungan Kebon Bawak Kelurahan Pejeruk, Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. (Foto: ANTARA/HO)
Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, kegiatan budi daya maggot di Tempat Pengolahan Sampah (TPST) Kebon Talo, mampu mengurangi sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) hingga 3 ton per hari.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram HM Kemal Islam di Mataram, Kamis, mengatakan, budi daya maggot di MMC (Mataram Maggot Center) Kebon Talo, membutuhkan 3 ton sampah organik per hari.

"Tiga ton sampah tersebut, kita hasilkan dari pemilahan sampah rumah tangga sekitar 15 ton per hari yang masuk ke TPST Kebon Talo," katanya.

Ia mengatakan, tingginya kebutuhan sampah organik terutama sampah rumah tangga seperti sisa makanan, buah, dan sayur itu karena semakin banyaknya pengembangan budi daya maggot di MMC Kebon Talo.

Apalagi setelah MMC beroperasi secara utuh sejak Januari 2023, dengan penambahan fasilitas kotak-kotak budi daya maggot sehingga produksi maggot di MMC saat ini sudah mencapai 5 ton per bulan.

Untuk meningkatkan produksi maggot, DLH saat ini juga sedang membuat rak tambahan sekitar 500 unit sebagai tempat budi daya maggot agar target produksi maggot 10 ton per bulan bisa tercapai.

"Dengan melihat kebutuhan sampah organik untuk makanan maggot tersebut, bisa kita simpulkan bahwa budi daya maggot efektif untuk kurangi pembuangan sampah ke TPA. Selain itu kita bisa membantu meringankan modal pembudidaya ikan," katanya.

Pasalnya, kata dia, hasil produksi maggot di MMC banyak dijadikan untuk pakan ikan bagi para pembudidaya ikan air tawar. Bahkan, saat ini para pembudidaya yang sebelumnya gulung tikar kembali antusias karena terbantu dengan pakan menggunakan maggot.

Peternak atau pembudidaya ikan gulung tikar karena tidak sanggup beli pakan Rp13 ribu-Rp14 ribu per kilogram, tapi sekarang termotivasi lagi karena menggunakan maggot sebagai pakan bisa menekan biaya produksi hingga 50 persen.

"Apalagi dengan kondisi sekarang beras naik, jagung pun pasti naik. Sementara jika menggunakan pakan maggot hanya Rp6.000-Rp7.000 per kilogram dan hasilnya jauh dibandingkan dengan pakan pelet," katanya

Terkait dengan itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi bagaimana manfaat maggot terhadap usaha peternakan, untuk memberikan keyakinan dan motivasi bagi para pengusaha peternakan.

"Masyarakat biasanya kalau belum lihat hasilnya belum percaya. Jadi kita juga akan berikan bukti keberhasilan peternak," katanya.

Baca juga: Negara Denmark lirik program budi daya maggot di Mataram
Baca juga: Banjarmasin programkan bank sampah organik untuk budidaya maggot
Baca juga: Disdik Mataram minta sekolah-kelurahan bersinergi tangani sampah

Pewarta: Nirkomala
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023