Jenazah warga negara Indonesia (WNI) Ni Wayan Supini (44) yang menjadi korban gempa Turki magnitudo 7,8 akan tiba pada Kamis (23/2) di kediamannya di Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali.
Hal itu diungkapkan I Nyoman Ranten (50) suami korban saat dijumpai di kediamannya di Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali, Senin.
Hal itu diungkapkan I Nyoman Ranten (50) suami korban saat dijumpai di kediamannya di Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, Bali, Senin.
"Dari pihak KBRI, kemarin diinformasikan akan diberangkatkan dari Turki pada Rabu pagi (22/2), dan malam itu kemungkinan juga sampai di Jakarta. Habis itu langsung ke Bandara Ngurah Rai, Bali pada Rabu (23/2). Harapan kami sebagai keluarga, tanggal 23 itu pasti ya sampai di sini," kata dia.
Setelah sampai di Klungkung, Bali, kata dia, rencananya jenazah sang istri akan dititipkan di Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung sebelum dikuburkan. Jenazah Ni Wayan Supini baru akan dikuburkan setelah dilakukan sejumlah ritus sesuai adat setempat.
Baca juga: Jenazah WNI korban gempa Turki dipulangkan ke Indonesia 22 Februari
Baca juga: Dua WNI korban gempa di Turki dimakamkan di Kahramanmaras
"Untuk sementara, jenazah akan dititipkan di RSUD Klungkung karena untuk keluarga besar kami masih ada serangkaian upacara adat. Jadinya, kami masih belum bisa semayamkan di rumah. Mesti menunggu acara adat selesai. Kemungkinan dikebumikan setelah tanggal 5 Maret 2023 usai upacara adat selesai, kami menunggu hari baik saja begitu intinya," kata Nyoman Ranten.
Sejauh ini, kata dia, dirinya sementara berkomunikasi dengan berbagai pihak baik instansi pemerintah maupun keluarga besar terkait segala persiapan untuk menjemput jenazah sang istri.
Menurut keterangan Nyoman Ranten, dirinya baru mengetahui bencana gempa yang melanda Turki setelah diberitahu oleh seorang keluarganya.
"Pada Senin (6/2) itu ditelepon sama kakak untuk menanyakan keadaan istri, saya bilang baik-baik saja karena kemarinnya sempat video call. Saya tidak tahu kejadian gempa itu seperti apa, karena saya tidak lihat HP, nggak sempat lihat berita di TV. Setelah mengetahui ada berita itu (gempa) baru saya chat, saya telepon, tapi nggak ada respon," katanya.
Sejak tidak mendapatkan informasi tentang keberadaan sang istri, Nyoman Ranten terus berkomunikasi dengan kerabatnya yang ada di Turki. Dia berharap tidak terjadi hal-hal buruk terhadap sang istri.
Namun, dirinya dikejutkan oleh kabar duka yang disampaikan oleh pihak kepolisian pada Jumat (16/2) bahwa ada dua orang perempuan yang baru ditemukan kemungkinan adalah istrinya. Setelah diberi kabar tersebut, dirinya mengantar anak-anak ke Rumah Sakit Bhayangkara di jalan Trijata, Denpasar untuk melakukan tes DNA.
Sehari setelah itu, barulah dapat dipastikan bahwa salah seorang perempuan yang baru ditemukan tersebut adalah Ni Wayan Supini, yang tidak lain adalah istri Nyoman Ranten.
Ni Wayan Supini sendiri merupakan salah satu pekerja migran yang bekerja sebagai terapis di Turki yang pergi dengan menggunakan visa wisata. Dia ditemukan Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri dan tim pencarian setempat pada Kamis (16/2) di bawah reruntuhan Gedung Apartemen Galeria di Kota Dyarbakir, Turki.
Ia bersama temannya Irma Lestari (33) ditemukan setelah tertimbun reruntuhan bangunan selama kurang lebih dua minggu.
Ni Wayan Supini berhasil teridentifikasi berdasarkan catatan medis, gigi, dan properti yang dikumpulkan petugas usai ditemukan pada Kamis (16/2).
Nyoman Ranten mengatakan istrinya Supini, yang bekerja sebagai terapis di Turki berangkat pada tahun 2022 usai kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19.
Ni Wayan Supini meninggalkan suami beserta tiga orang anaknya.
Baca juga: Pekerja migran Bali di Turki terbanyak berasal dari Buleleng
Baca juga: 1.375 pekerja migran asal Bali aman dari gempa Turki
Pewarta: Rolandus Nampu
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023