Pasar saham Asia turun pada perdagangan Selasa, karena prospek bank sentral AS akan tetap berada di jalur hawkish membebani sentimen, dengan investor menunggu risalah pertemuan Federal Reserve terbaru untuk petunjuk kebijakan moneter lebih lanjut.Namun, ada baiknya mengawasi front geopolitik karena AS memperingatkan konsekuensi jika China memberikan dukungan material kepada Rusia atas perang Ukraina
Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,7 persen menjadi 529,97 poin, melayang di sekitar posisi terendah enam minggu di 529,30 poin yang disentuh minggu lalu.
Indeks turun hampir 3,0 persen sejauh bulan ini, setelah melonjak 8,6 persen pada Januari, karena serangkaian data ekonomi AS yang kuat mengangkat kekhawatiran bahwa suku bunga mungkin perlu naik lebih jauh dan tetap lebih tinggi lebih lama.
Pasar sekarang memperkirakan suku bunga AS mencapai puncaknya di 5,30 persen pada Juli dan tetap di atas 5,0 persen pada akhir tahun, menjauh dari ekspektasi penurunan suku bunga yang lebih dalam tahun ini.
Saham berjangka Eropa menunjukkan saham akan turun, dengan Eurostoxx 50 berjangka turun 0,14 persen, DAX Jerman berjangka 0,07 persen lebih rendah dan FTSE berjangka turun 0,13 persen.
"Latar belakang kekhawatiran inflasi di AS masih mempertahankan risiko kebijakan moneter yang lebih ketat dari perkiraan, dan imbal hasil tetap menjadi fokus utama ketika pasar AS kembali hari ini," kata ahli strategi di Saxo Markets.
Pasar AS ditutup pada Senin (20/2/2023) karena libur Hari Presiden. E-mini berjangka untuk S&P 500 turun 0,45 persen.
Nikkei Jepang berakhir melemah 0,21 persen, sesentara indeks S&P/ASX 200 Australia juga ditutup 0,21persen lebih rendah.
Baca juga: Saham Asia dibuka melemah, investor tunggu risalah pertemuan Fed
Indeks saham-saham unggulan China CSI 300 menetap 0,26 persen lebih tinggi, indeks Komposit Shanghai menguat 0,49 persen, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,70 persen, karena kekhawatiran geopolitik menjelang peringatan satu tahun perang Ukraina dan keraguan seputar pemulihan ekonomi China membebani ekuitas.
Analis pasar ActivTrades Anderson Alves mengatakan para pedagang telah berbicara tentang ekuitas China yang berkinerja lebih baik tahun ini karena upaya pembukaan kembali.
"Namun, ada baiknya mengawasi front geopolitik karena AS memperingatkan konsekuensi jika China memberikan dukungan material kepada Rusia atas perang Ukraina."
Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun naik 2,3 basis poin menjadi 3,852 persen, setelah menyentuh level tertinggi tiga bulan di 3,929 persen pada Jumat (17/2/2023).
Imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 30-tahun naik 1,1 basis poin menjadi 3,899 persen, sedangkan obligasi pemerintah AS dua tahun yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik 3,5 basis poin menjadi 4,658 persen.
Fokus investor tegas pada rilis risalah pertemuan terbaru The Fed awal bulan ini pada Rabu (22/2/2023) ketika menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Di pasar mata uang, dolar sedikit di bawah puncak baru-baru ini karena reli tiga minggu memudar, dengan para pedagang menunggu data manufaktur Eropa dan AS pada Selasa malam dan indeks harga PCE inti Jumat (24/2/2023) untuk membantu memandu langkah mereka selanjutnya.
Ahli strategi mata uang DBS Philip Wee mengatakan pasar bersiap untuk kejutan lain dalam data PCE setelah data penggajian non-pertanian dan IHK AS yang kuat bulan ini.
Indeks dolar, yang mengukur mata uang AS terhadap enam rival lainnya, terakhir di 103,99, tepat di bawah tertinggi enam minggu di 104,67 yang disentuh pada Jumat (17/2/2023).
Euro turun 0,11 persen menjadi 1,067 dolar, dan diperkirakan akan menghentikan kenaikan empat bulan berturut-turut dan mengakhiri Februari dengan lebih rendah.
Yen melemah 0,11 persen menjadi 134,38 per dolar, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada 1,2026 dolar, turun 0,10 persen.
Minyak mentah AS turun 0,08 persen menjadi diperdagangkan di 76,28 dolar AS per barel dan Brent diperdagangkan di 83,01 dolar AS per barel, merosot 1,26 persen hari ini.
Baca juga: Saham Asia dibuka melemah, khawatir atas kebijakan Fed dan BoJ
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023