Kerja keras yang dilakukan Badan Usaha Milik Desa Pulosari Handal, Desa Pulosari, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, kini berbuah manis. Kentang dan buncis kenya hasil petani binaannya sukses menembus pasar Singapura dan mampu meraup omzet ratusan juta rupiah.BUM desa telah membawa dampak positif dan nyata bagi masyarakat
Sukses tersebut layak diapresiasi, mengingat Singapura merupakan salah satu negara yang menerapkan syarat ketat terhadap produk makanan dan hasil pertanian.
BUM desa yang berdiri sejak 2015, lalu mendapat SK Kemenkumham pada 2016, serta terdaftar di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) pada 2022 itu kini memiliki beberapa unit usaha yang bergerak di bidang pengelolaan air bersih, pariwisata, jasa pelayanan perbankan, pertanian, dan energi terbarukan.
Selama ini, BUM Desa Pulosari Handal fokus mengembangkan bidang pariwisata. Hal ini karena Desa Pulosari terdapat objek-objek wisata alam, mulai dari kebun teh sampai arung jeram.
Namun, Kades Desa Pulosari Agus Rusman mengaku tertantang untuk mengembangkan hasil alam desa berupa produk pertanian yang dikenal memiliki kualitas bagus.
Dia pun mencari cara agar produk pertanian Desa Pulosari itu memiliki nilai jual yang tinggi agar dapat memenuhi standar ekspor.
Singkatnya, ia bertemu dengan manajemen PT Elevasri Agri Indonesia (Elevarm) yang mau diajak kerja sama untuk memasarkan kentang dan buncis ke luar negeri.
"Alhamdulillah, kami baru 10 hari ketemu Elevarm dan terjadi kesepakatan untuk memasarkan produk kelompok tani, termasuk ekspor kentang dan buncis kenya ke Singapura," ujarnya di hadapan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar di Pangalengan, pekan ini.
Model bisnis ekspor BUM Desa Pulosari Handal yakni petani setempat memasok hasil pertanian ke BUM desa, lalu BUM desa bekerja sama dengan Elevarm untuk melakukan pendampingan agar produk hasil petani meningkat dan sesuai dengan standar ekspor. Tidak hanya itu, Elevarm juga membantu permodalan.
Setelah melalui beberapa proses dan tahapan, akhirnya terwujud ekspor perdana kentang yang mencapai delapan ton per minggu dan buncis kenya 200 kg. Nilai ekspor perdana kentang Rp112 juta dan buncis kenya Rp3,4 juta per minggu atau total mencapai Rp115,4 juta.
Selanjutnya, mulai 27 Februari 2023, jumlah ekspor komoditas kentang per bulan sebanyak 64 ton dan buncis kenya 4 ton per bulan. Nilai ekspor untuk komoditas kentang mencapai Rp896 juta per bulan dan buncis Rp68 juta per bulan.
Selain untuk ekspor, BUM desa itu juga melakukan pengolahan hasil tani sisa hasil ekspor yang tidak memenuhi standar untuk dijadikan produk olahan, seperti keripik kentang dan sayuran frozen untuk kalangan wisata di Pangalengan.
Untuk mendorong BUM Desa Pulosari Handal lebih berkembang, Pemerintah Desa Pulosari pun memberikan anggaran sebesar Rp70 juta.
BUM Des Pulosari Handal telah mampu menyerap tenaga kerja sekitar 60 orang, yang terdiri atas pekerja dan mitra usaha pada unit usaha air bersih, pariwisata, energi terbarukan, agen bank dan pertanian.
Selain mampu mengekspor kentang dan buncis kenya, BUM Desa Pulosari Handal juga akan memperluas pasar kopi yang dihasilkan Desa Pulosari, agar juga dapat diekspor.
Guna meningkatkan kesejahteraan warga desa, BUM Desa Pulosari juga turut membina sejumlah kelompok wanita tani yang telah mengolah kentang menjadi makanan ringan.
Dalam sebulan, kelompok wanita tani bisa mengolah satu kuintal kentang menjadi keripik. Dalam sebulan ditargetkan bisa memproduksi olahan 16 ton kentang dan sekitar 300 kuintal buncis kenya.
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar menilai kesuksesan BUM Desa Pulosari Handal ini dapat menjadi pelajaran dan contoh bagi BUM desa lainnya.
"Karena membangun desa paling mudah itu mereplikasi," tutur Gus Halim, demikian ia biasa disapa.
Potensi desa
Sebagai sebuah badan usaha desa, pembentukan BUM desa ditujukan untuk memaksimalkan potensi masyarakat setempat, baik ekonomi, sumber daya alam, maupun sumber daya manusianya.
Meski BUM desa menjadi lembaga usaha, bukan berarti BUM desa hanya mencari keuntungan, melainkan juga harus memiliki manfaat sosial dan non-ekonomi lainnya. Artinya, BUM desa dibentuk untuk menjadi lembaga komersial sekaligus sosial.
Maka itu, pengelolaannya harus dengan SDM berkompeten, sebab kalau tidak, BUM desa akan jatuh menjadi program yang hanya menghabiskan anggaran.
BUM desa merupakan lembaga usaha yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memperkuat perekonomian dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.
Mendes PDTT menilai BUM desa merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai motor penggerak perekonomian masyarakat desa.
"BUM desa telah membawa dampak yang positif dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat," tuturnya.
Ia menekankan bahwa kementeriannya berkomitmen untuk terus mencarikan pasar bagi produk-produk yang dihasilkan desa di seluruh Indonesia demi meningkatkan kesejahteraan warga setempat.
Di situlah, menurut dia, pentingnya Supra Desa, pemerintah daerah, pemerintah kabupaten, hingga Kemendes PDTT untuk mencari solusi agar produk desa bisa terserap pasar dan sesuai standar, baik dari sisi kualitas dan kuantitas.
"Inilah kunci hilirisasi proses ekonomi di Kemendes PDTT," katanya.
Ia optimistis BUM desa dan BUM Desa Bersama dapat lebih berkembang seiring telah masuknya badan usaha desa itu ke dalam sistem Online Single Submission (OSS) dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
Tentunya, BUM desa dan BUM Desa Bersama dapat lebih lincah, gesit, dan cepat bergerak untuk membangun bisnis yang menguntungkan secara ekonomi maupun sosial.
Diingatkan, dalam menjalankan usahanya, BUM desa maupun BUM Desa Bersama tidak boleh menjadi pesaing baru bagi usaha milik warga desa. Lembaga usaha desa itu dituntut untuk terus meningkatkan perannya dalam mendukung usaha milik warga desa.
Itulah wajah BUM desa masa kini yang mulai memancarkan harapan dalam meningkatkan kesejahteraan warga desa menuju Indonesia Maju.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023