ada 30 ribu petani yang ikut di dalam program ini dan sebagian besar sudah beralih ke pupuk nonsubsidi
Program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat (Makmur) dalam holding Pupuk Indonesia Group berhasil menghimpun dan memberikan akses pendanaan petani hingga Rp2,9 triliun.
“Di Pupuk Kaltim sendiri ada 30 ribu petani yang ikut di dalam program ini dan sebagian besar sudah beralih ke pupuk nonsubsidi,” kata Project Manager Makmur Pupuk Kaltim, Adrian R.D Putera saat media briefing virtual diikuti di Jakarta, Rabu.
Kendati masih jauh dibandingkan pengguna pupuk subsidi, lanjutnya, namun melalui Program Makmur membuat pandangan petani lebih terbuka untuk menggunakan pupuk nonsubsidi.
Adrian menegaskan bahwa Program Makmur memang disiapkan oleh Pupuk Indonesia agar petani mampu mandiri dengan pendapatan dan produktivitas untuk penuh menggunakan pupuk nonsubsidi melalui berbagai pendampingan dan kemitraan.
“Memang target dari Program Makmur adalah petani yang beralih dari sebelumnya tergantung dari penggunaan pupuk subsidi mulai mencoba menggunakan pupuk nonsubsidi dengan perhitungan secara ekonomi memang lebih menguntungkan dan lebih mendapatkan pendapatan yang lebih besar,” ujarnya.
Baca juga: Program Makmur Pupuk Kaltim salurkan Rp2,9 triliun, didominasi sawit
Baca juga: Pupuk Kaltim dan TNI berkolaborasi perkuat dukungan ketahanan pangan
Agar para petani mau beralih menggunakan pupuk nonsubsidi, Pupuk Kaltim pun menyediakan analisis hasil dari seluruh proyek di masing-masing sebaran Program Makmur.
Analisa tersebut salah satunya memuat perbandingan produktivitas dan pendapatan petani yang menggunakan pupuk subsidi atau kombinasi pupuk subsidi dan nonsubsidi dengan pendapatan dan produktivitas petani yang telah sepenuhnya menggunakan pupuk nonsubsidi.
“Memang masih ada beberapa wilayah dan lokasi yang kita belum bisa menggunakan full nonsubsidi karena keterbatasan pendapatan petani dan sebagainya. Ini kita tetap dampingi,” tuturnya.
Lebih lanjut Adrian juga menyatakan bahwa peningkatan pendapatan petani lewat Program Makmur sejak tahun 2020 hingga 2022 terus meningkat seiring dengan peningkatan produksi. Rata-rata peningkatan produktivitas mencapai hampir 35 persen dan pendapatan naik hingga 52 persen.
“Di komoditas tertentu yang nilai ekonomisnya tinggi, seperti kentang atau jenis-jenis hortikultura cabai, itu lebih tinggi dari peningkatan pendapatan padi dan jagung,” ucap dia.
Baca juga: Bahlil siap kawal pembangunan kawasan industri pupuk di Papua Barat
Baca juga: Pupuk Kaltim meraih penghargaan The Best Indonesia Green Awards 2023
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2023