Saat ini sejumlah perusahaan saling berlomba untuk mengembangkan kecerdasan buatan generatif yang didesain untuk memudahkan aktivitas manusia. Mereka menanamkan AI pada aplikasi, misalnya, menyediakan algoritma bawaan untuk menciptakan musik dengan mengacu gaya tertentu seperti sinematik modern, elektronika, jazz, pop, rock, hingga musik fantasi.
"Gue tahu, tuh (aplikasi kreator musik). Gue baru saja lihat itu dari YouTube beberapa waktu lalu dan menurut gue itu keren, sih. Istilahnya kita bisa kolaborasi atau mempekerjakan musisi lain. Intinya bermusik jadi lebih gampang dengan kemajuan teknologi," kata Putra kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Putra mengatakan ragam aplikasi dengan mengedepankan AI merupakan terobosan yang menyesuaikan dengan kondisi sosial sekaligus menjawab kebutuhan para penggunanya untuk bisa berkolaborasi secara virtual.
"Semisal gue bukan seorang produser tetapi punya materi dan bisa menggambarkan lagu seperti apa yang ingin dibuat, maka gue hanya perlu memberikan benang merah dan memilih dengan siapa akan bekerja sama," jelasnya.
Lebih lanjut, Putra berpendapat penerapan AI dalam industri hiburan memang tidak bisa dimungkiri karena hal tersebut terkait erat dengan perkembangan tren.
"Sebenarnya di industri seni apapun selalu butuh tren karena itu yang membuat orang lain nggak bosan, selalu fresh. Tentu ada sisi plus-minus dari kemajuan teknologi. Tetap balik lagi ke tujuan pihak-pihak yang berada di ranah itu," katanya.
Baca juga: Kecerdasan buatan belum hasilkan karya sadar nilai dan terkultuskan
Baca juga: Snapchat kerjakan chatbot AI yang ditenagai ChatGPT
Baca juga: Ingin saingi Google, Microsoft tanamkan AI pada mesin pencari Bing
Pewarta: Ahmad Faishal Adnan
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023