"Di data Riskesdas kan sekitar 40 persen, mungkin sekarang sudah lebih, 40 persen orang di Jakarta usia 15 tahun ke atas itu buncit. Obesitas sentral. Itu lebih bahaya dari obesitas yang biasa. Karena visceral fat, itu nanti kaitannya dengan diabetes, hipertensi, dan seterusnya," ungkap Piprim saat dijumpai di Gedung Dr R Soeharto, Jakarta Pusat, Kamis (2/3).
Dia mengatakan bahwa kini, obesitas pun sudah menjadi epidemi di dunia. Mayoritas segala usia juga dapat mengidap obesitas. Tak hanya di Indonesia, Piprim pun mengambil contoh kasus obesitas di Eropa. Dia memaparkan bahwa pada tahun 2001, tingkat obesitas hanya sekitar 1 persen, namun pada 2016 meningkat menjadi 11 persen.
Baca juga: Dinkes Semarang temukan 148 kasus obesitas anak
"Di Indonesia pun nggak jauh beda. Obesitas kita kan anak-anak itu sekitar 10 sampai 11 persen. Jadi nggak jauh beda dengan negara-negara lain. Lagi-lagi obesitas sama diabetes dan sindrom metabolik itu bagaikan satu paket gitu," jelasnya.
Lebih dalam, Piprim juga mengingatkan bahwa obesitas juga bisa menimbulkan risiko penyakit ganas lainnya seperti stroke, penyakit ginjal, hingga kanker. Oleh sebab itu, dia pun mengimbau agar masyarakat menerapkan pola makan dan gaya hidup sehat untuk menghindari kondisi tersebut.
"Diabetes dan sindrom metabolik itu adalah penyakit akibat new lifestyle diseases. Penyakit akibat gaya hidup baru. Gaya hidup westernisasi sebenarnya. Karena penyakitnya karena gaya hidup, pencegahannya pun lewat gaya hidup. Misalnya pola makan, kedua olah raga, pola gerak," kata Piprim.
Baca juga: Turunkan angka obesitas dengan gerakan CERDIK dan PATUH
"Jadikan olahraga menjadi kebutuhan bagi seluruh anggota keluarga. Jadi di mana-mana harusnya ada fasilitas olahraga. Di puskesmas, di sekolah, biar anak-anak itu bergerak. Bisa juga mengikutkan anak-anak di klub-klub olah raga. Kemudian, tidur juga harus cukup. Karena tidur ini bisa berkaitan dengan sindrom metabolik yang lain," lanjutnya.
Tidak hanya itu, Piprim juga mengimbau agar usia remaja ke atas bisa dikenalkan dengan istilah intermitten fasting. Sebab, hal ini baik untuk menghindari generasi muda makan secara berlebih. Kemudian generasi muda juga disarankan bisa mengelola stres dengan baik.
"Happiness, ada kebersamaan dengan teman-temannya. Jangan sampai ada merasa kesepian, terasing. Ini juga berbahaya. Oleh karena itulah kegiatan-kegiatan komunitas, sepedaan bareng, main-main bareng itu sangat penting buat gaya hidup sehat," ujar Piprim menutup penjelasannya.
Baca juga: Obesitas bisa meningkatkan sindrom metabolik penyebab PTM
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2023