• Beranda
  • Berita
  • Saham Asia jatuh karena data perdagangan China lemah, fokus ke Powell

Saham Asia jatuh karena data perdagangan China lemah, fokus ke Powell

7 Maret 2023 15:16 WIB
Saham Asia jatuh karena data perdagangan China lemah, fokus ke Powell
Arsip foto - Seorang pria mengenakan masker wajah pelindung COVID-19 berdiri di depan papan listrik yang menunjukkan Nikkei (atas di C) dan indeks saham negara lain di luar broker di distrik bisnis di Tokyo, Jepang (4/1/2021). ANTARA/REUTERS/Kim Kyung-Hoon/aa.

Saham-saham Asia jatuh pada perdagangan Selasa sore.....

Saham-saham Asia jatuh pada perdagangan Selasa sore, karena data perdagangan yang lemah membebani saham China, sementara investor menunggu kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell di kemudian hari untuk petunjuk tentang langkah selanjutnya bank sentral pada suku bunga.

Data pada Selasa menunjukkan ekspor dan impor China turun tajam pada Januari-Februari, mencerminkan perlambatan ekonomi global dan permintaan domestik yang lemah.

Hal itu mendorong indeks Hang Seng Hong Kong berakhir 0,38 persen dan indeks saham unggulan China CSI 300 ditutup jatuh 1,46 persen, menghapus kenaikan awal.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik di luar Jepang melemah 0,3 persen, meskipun indeks tersebut naik 2,9 persen sejauh bulan ini.

Di luar China, fokus investor tetap pada prospek suku bunga AS dan apa yang mungkin dikatakan Powell.

"Kurs AS masih menjadi pendorong nomor satu untuk kawasan Asia sejauh menyangkut kinerja absolut," kata Dan Fineman, Co-Head Analis Ekuitas APAC Credit Suisse kepada Reuters.

"China dengan dua sesinya penting tetapi suku bunga akan lebih penting daripada apa yang terjadi di sini di Asia," katanya mengacu pada Kongres Rakyat Nasional China yang sedang berlangsung di Beijing.

Imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10-tahun mencapai 3,9578 persen, dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 3,983 persen sehari sebelumnya.

Imbal hasil dua tahun, yang naik seiring ekspektasi pedagang akan suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 4,88 persen dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 4,894 persen.

Dengan fokus pada kebijakan moneter, indeks S&P/ASX 200 Australia berakhir 0,49 persen lebih tinggi, membalikkan penurunan awal setelah bank sentral menaikkan suku bunga, seperti yang diharapkan, tetapi meredam pandangan hawkish-nya, yang dianggap investor sebagai tanda berakhirnya siklus pengetatan kebijakan. Hal itu mendorong dolar Australia ke level terendah lebih dari dua bulan di 0,6690 persen

Indeks saham Nikkei Jepang berakhir naik 0,25 persen.

Pada awal perdagangan Eropa, pan-region Euro Stoxx 50 berjangka naik 0,12 persen, DAX berjangka Jerman naik 0,11 persen pada dan FTSE berjangka 0,23 persen lebih tinggi. Saham berjangka AS, e-mini S&P 500 naik 0,19 persen menjadi 4.060.

Ketua Fed Powell akan menyampaikan kesaksian setengah tahunannya di depan Kongres pada Selasa dan Rabu (8/3), yang akan diawasi dengan ketat untuk petunjuk mengenai sejauh mana dan durasi kebijakan moneter ketat Bank Sentral AS yang bertujuan untuk membatasi inflasi.

Pedagang berjangka memperkirakan probabilitas 76 persen Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan 21-22 Maret dan kemungkinan 24 persen untuk kenaikan 50 basis poin.

Laporan ketenagakerjaan AS Februari diharapkan pada Jumat (10/3), dan setiap pelunakan di pasar pekerjaan yang kuat akan dilihat sebagai tanda bahwa kenaikan suku bunga Fed memiliki efek yang diinginkan.

"Dalam beberapa hari ke depan, kesaksian kongres akan menjadi penting bagi pasar. Investor telah menilai kembali apa yang menurut mereka akan dilakukan Fed dengan suku bunga pada Maret dan memasuki kuartal kedua," kata Tai Hui, Kepala Strategi Pasar Asia JPMorgan Asset Management.

Kepala Eksekutif Bank of America Brian Moynihan pada Selasa mengatakan pada KTT bisnis Sydney bahwa bank memperkirakan ekonomi AS akan mencapai resesi teknis akhir tahun ini sebelum bank sentral mulai memangkas suku bunga pada 2024.

"Ini adalah resesi yang sangat kecil dalam skema. Saya tidak berpikir Anda akan melihat resesi yang dalam," katanya pula.

"Dalam pandangan kami itu didasarkan pada sisi korporasi atau sisi komersial yang melambat, bukan sisi konsumen yang melambat," kata dia.
Baca juga: Saham Asia dibuka menguat, obligasi tunggu prospek suku bunga AS
Baca juga: Saham Asia dibuka stabil karena investor tunggu kesaksian ketua Fed

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023