• Beranda
  • Berita
  • Kala Indonesia tampilkan praktik baik kesetaraan gender di PBB

Kala Indonesia tampilkan praktik baik kesetaraan gender di PBB

9 Maret 2023 21:57 WIB
Kala Indonesia tampilkan praktik baik kesetaraan gender di PBB
Ketua Umum Kowani (kedua kanan) Giwo Rubianto Wiyogo dalam side event 67th Session of the Commission on the Status of Women (CSW67) di New York, Amerika Serikat, Rabu (8/3/2023). ANTARA/HO- Dok. Pribadi

... kesetaraan gender tidak tercapai selama 300 tahun jika masih berada di jalur yang sama.

Indonesia mendapatkan kesempatan untuk menampilkan praktik baik kesetaraan gender pada peringatan Hari Perempuan Internasional, di Markas Besar Perhimpunan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat.

Indonesia yang diwakili Kongres Wanita Indonesia (Kowani) bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menyelenggarakan side event 67th Session of the Commission on the Status of Women (CSW67).

Kegiatan tersebut juga dihadiri oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga, dan Wakil Tetap Indonesia untuk PBB, Arrmanatha Nasir. Kegiatan oleh 81 perwakilan negara di dunia yang ternyata membeludak dengan melebihi kapasitas ruangan yang diperkirakan hanya untuk 53 orang.

“Sejumlah pengalaman dan praktik baik dalam mengatasi persoalan kesetaraan gender dipaparkan dalam sesi tingkat menteri,” ujar Menteri PPPA Bintang Puspayoga.

Selain itu, Indonesia juga menyampaikan upaya mencapai kesetaraan gender melalui teknologi digital dan mempromosikan pendidikan. Praktik baik yang disampaikan di antraranya Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak (DRPPA).

DRPPA merupakan desa yang mengintegrasikan perspektif gender dan hak anak ke dalam tata kelola penyelenggaraan pemerintahan desa, pembangunan desa, serta pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa, yang dilakukan secara terencana, menyeluruh, berkelanjutan.

Desa perlu memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakatnya khususnya perempuan dan anak, memenuhi hak atas perlindungan dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi, serta tersedia sarana dan prasarana publik yang ramah perempuan dan anak.

Sidang yang berlangsung pada 6--17 Maret 2023 mengusung tema “Inovasi Perubahan Teknologi dan Pendidikan di Era Digital” yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dan anak.

Ketua Umum Kowani Dr. Giwo Rubianto Wiyogo, menjelaskan Kowani, mewadahi 102 anggota organisasi perempuan dengan 90 juta anggota perempuan di seluruh Indonesia, merupakan anggota tetap di PBB dan diberikan special consultative status pada UN ECOSOC sejak 1998, dengan wajib berpartisipasi dalam sidang PBB setiap tahunnya untuk berjuang demi kemajuan para perempuan.

“Bukan hanya di Indonesia, melainkan  perempuan di seluruh dunia. Kowani memimpin rombongan sebanyak 32 pimpinan organisasi wanita di seluruh Indonesia dalam acara CSW67 di markas besar PBB,” kata dia.

Sidang tahunan tersebut juga dihadiri Ketua Koordinator Bidang Hubungan Luar Negeri   Hadriani Uli Tiur Ida Silalahi dan Ketua Bidang Hubungan Luar Negeri Tantri Dyah Kiranadewi.

Giwo menjelaskan resolusi dan inisiatif, khususnya organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi perempuan, dalam melanjutkan programnya masing-masing untuk pemberdayaan perempuan di Indonesia.

Di antaranya dengan meningkatkan keterampilan dasar perempuan Indonesia, seperti kemampuan literasi digital tidak hanya pada perempuan dewasa tetapi juga siswi melalui kurikulum sekolah.

“Serta bagaimana cara menggunakan strategi bisnis online dan digital untuk pemberdayaan ekonomi yang kini menjadi platform bisnis dan ekonomi pada umumnya,” terang dia.

Sidang tahunan tersebut merupakan platform untuk belajar dan berbagi wawasan, praktik baik, dan gagasan yang dapat lebih mendukung peran dan partisipasi perempuan. Hal itu dimulai dari langkah kecil yang mampu berubah menjadi lompatan besar untuk pemberdayaan perempuan di seluruh dunia.

Sejumlah upaya untuk meningkatkan pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi, diantaranya Kowani telah menyelenggarakan Kowani Fair sejak 1999 untuk memberikan fasilitasi, mediasi, serta mengajak perempuan  pelaku UMKM untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya, agar dapat memberikan sumbangsih nyata dalam menggerakkan perekonomian bangsa.

Pada saat pandemi COVID-19, Kowani tetap menyelenggarakan Kowani Fair secara online atau melalui Zoom dengan memberikan pelatihan cara berjualan di loka pasar, mulai dari membuat foto hingga keterangan produk, agar mereka bisa berjualan di loka pasar (market place)

Sidang ke-67 CSW dibuka oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Gutteres  yang menyampaikan bahwa hasil pertimbangan komisi tentang tema prioritas sesi ke-67 akan berupa kesimpulan yang disepakati, untuk dinegosiasikan oleh semua negara anggota.
 

Kesetaraan gender sulit tercapai

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB juga menyampaikan hak perempuan telah disalahgunakan, diancam, dan dilanggar di seluruh dunia. Oleh karena itu, kesetaraan gender tidak tercapai selama 300 tahun jika masih berada di jalur yang sama. Perlu ada  perubahan dengan pemanfaatan teknologi digital untuk mencapai kesetaraan gender.

Gutteres menjelaskan kemajuan yang diraih selama beberapa dekade terakhir, lenyap dengan tiba-tiba karena budaya patriarki yang muncul kembali. Seperti yang terjadi di Afghanistan, yang mana hak dan peran perempuan serta anak perempuan telah dihapus dari kehidupan publik. Bahkan di banyak negara, hak seksual dan reproduksi perempuan telah dihapuskan.

Sekjen PBB juga menyebut para remaja perempuan juga berisiko mengalami penculikan dan penyerangan di banyak tempat. Pandemi COVID-19 juga menyebabkan adanya kemunduran lain, yakni meningkatnya angka kematian ibu.

“Juga memaksa anak perempuan menikah dan membuat mereka tidak bersekolah. Sementara itu, ibu dan pengasuh anak kesulitan mendapatkan pekerjaan,” kata Gutteres lagi

Komisi Status Perempuan juga menyorot pada kesenjangan gender dalam teknologi dan inovasi. Topik itu relevan karena perempuan dan anak perempuan adalah kaum yang dinilai tertinggal ketika teknologi telah melaju ke depan.

Sebanyak tiga miliar orang masih belum terhubung ke internet dan mayoritas dari mereka perempuan dan anak perempuan di negara berkembang. Bahkan, di negara kurang berkembang hanya 19 persen perempuan yang bisa mengakses internet.

“Secara global, anak perempuan dan perempuan merupakan sepertiga dari siswa di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika,” demikian Gutteres.

Perjuangan kesetaraan gender bisa jadi masih panjang. Namun, setiap langkah yang diayunkan hari ini bakal dirasakan dampaknya oleh setiap perempuan pada esok hari.












 

Pewarta: Indriani
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2023