"Sementara operasi lautnya tidak terlalu signifikan sampai kira-kira November 2022 dan pada Januari 2023. Kita sudah bisa melihat kemungkinan-kemungkinan pergerakan Angkatan Laut Rusia yang nanti mengarah kepada pengepungan pelabuhan terbesar di Ukraina di Odesa,” kata Andi dalam webinar yang diselenggarakan oleh Laboratorium Indonesia 2045 (Lab45) bertemakan "Setahun Perang Rusia-Ukraina: Pembelajaran bagi Operasi Udara dan Laut TNI" di Jakarta, Rabu.
Selaras dengan Andi Wijayanto, Kepala Staf Komando Operasi Udara Nasional Marsekal Muda TNI Jorry S. Koloay juga berpandangan bahwa banyak pelajaran yang bisa diambil dari operasi udara pada Perang Rusia dan Ukraina.
Seperti penguasaan teknologi kedirgantaraan, pengembangan latihan yang kompleks, penggunaan sistem senjata presisi, serta pengintegrasian sistem komando kendali yang kuat menjadi kekuatan utama keunggulan di udara.
"Konsep multidomain operations yang menggabungkan konsep operasi udara, informasi, dan siber. Konsep perang udara modern dalam operasi gabungan pada kampanye militer melalui pengembangan doktrin, taktik, dan strategi," ujarnya.
Dari sisi operasi laut, Kepala Staf Komando Armada RI Laksamana Muda TNI Didong Rio Duta menuturkan operasi laut sangat membutuhkan perlindungan udara secara mutlak. Selain itu, diperlukan juga penguasaan teknologi mutakhir, seperti AI dan cloud oleh prajurit.
Didong menekankan pentingnya pertahanan laut Nusantara berdasarkan pada strategi multilayered defense, seperti yang bisa diamati dalam perang Rusia-Ukraina, yang terdiri atas penangkalan, pertahanan berlapis, dan pengendalian laut.
"Perang konvensional antarnegara masih sangat relevan terjadi. Untuk itu, Indonesia tidak boleh menjadi sekadar objek (proksi) dari kekuatan besar. Indonesia perlu secara konsisten membangun kapabilitas militer dan nirmiliter," ucapnya.
Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2023