• Beranda
  • Berita
  • ChatGPT; memodelkan bahasa, bukan menghasilkan pengetahuan

ChatGPT; memodelkan bahasa, bukan menghasilkan pengetahuan

16 Maret 2023 12:12 WIB
ChatGPT; memodelkan bahasa, bukan menghasilkan pengetahuan
Pemandangan Bali ala Van Gogh yang “dilukis” oleh Dall.E2 (Antara/HO-Budiman Minasny.)
Teknologi artificial intelligence (AI) telah mencetak tonggak sejarah baru yang mengguncang beragam profesi di dunia.

Para penulis, jurnalis, peneliti, akademisi, hingga pelukis tercengang dengan kehadiran aplikasi chatGPT dan Dall.E2 pada openai.com.

Apakah kecerdasan buatan dapat menghilangkan pekerjaan manusia yang berujung pada gangguan ekonomi?

Komputer terbukti mampu membuat naskah pidato, proposal dan paper penelitian, hingga membuat karya seni, seperti menulis puisi dan melukis.

Cukup dengan perintah yang dibuat, seperti mengobrol di whatsApp, komputer mampu menyelesaikannya.

Para dosen dan guru kewalahan karena para siswa dengan mudah menggunakan chatGPT untuk menyelesaikan tugas atau karangan yang diberikan.

Tiga puluh tahun lalu, kemampuan komputer yang menyamai kemampuan manusia itu banyak diragukan para peramal peradaban.

Penulis menguji kemampuan program chatGPT untuk menulis lagu dengan tema keindahan Gunung Rinjani ala Ebiet G. Ade. Ia mampu menulis lirik dengan kualitas di atas orang-orang awam.

Demikian pula aplikasi Dall.E2 dapat diminta untuk ‘melukis’ pemandangan Bali menurut gaya pelukis Van Gogh. Lukisan itu juga dapat diedit untuk disempurnakan sesuai keinginan pemberi perintah.

Publik di Indonesia juga tidak ketinggalan membincangkannya, terutama untuk aplikasi ChatGPT (Generative Pre-Trained Transformer). Program ChatGPT dapat diajak “chat” dengan tema apapun, seperti layaknya mengobrol dengan seseorang.

ChatGPT mampu menjawab hampir semua pertanyaan dalam Bahasa Inggris, bahkan Bahasa Indonesia, termasuk beberapa dengan kemampuan terbatas dalam bahasa daerah.

ChatGPT yang diliris pada Desember 2022 menghangati dunia akademisi Indonesia sejak akhir Februari 2023. Dan dalam waktu dekat Openai yang merilis ChatGPT akan memperkenalkan GPT-4 yang lebih canggih.

Diskusi terkait chatGPT itu pernah diangkat menjadi webinar di kampus besar, seperti Insititut Pertanian Bogor (IPB) dan Institut Teknologi Bandung (ITB), termasuk lembaga berkelas, seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Kampus digital pertama di Indonesia, seperti Universitas Insan Cita Indonesia (UICI), bahkan memasukkan materi chatGPT dari perspektif hukum di acara orientasi mahasiswa dengan narasumber dari Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Apakah AI nantinya akan menggantikan tenaga manusia, sehingga banyak manusia kehilangan pekerjaan?

Akankah terjadi guncangan ekonomi, seperti saat revolusi industri terjadi di Eropa saat mesin-mesin diperkenalkan dan menggantikan tenaga kerja di sektor pertanian dan industri rumahan berbasis tenaga manual?

Beberapa pihak, bahkan mengusulkan agar chatGPT dilarang karena berpotensi menimbulkan kecurangan dalam berkarya, terutama dalam hal tulis menulis karya manuskrip.

Penulis berpendapat dengan perspektif berbeda. Mencegah berkembangnya teknologi kecerdasan buatan, termasuk chatGPT, ibarat mengerem roda pesawat yang hendak tinggal landas dengan kanvas rem sepeda.

Artikel ini menyarankan untuk memanfaatkan AI untuk mempermudah pekerjaan, termasuk di bidang pendidikan. Artikel ini menggunakan contoh di bidang penelitian pertanian dan statistik. Namun, prinsip yang sama dapat diterapkan di bidang lainnya.


Kode komputer

Salah satu keterampilan chatGPT yang paling luar biasa adalah dapat menulis script program komputer atau kode komputer. Manusia dapat memberi perintah menulis kode komputer untuk persamaan tertentu.

Misalnya, “Tulis kode untuk menghitung regresi linear dalam bidang pertanian”.

Contoh aplikasi yang lebih spesifik dalam dunia machine learning: “Tunjukkan contoh penggunaan model random forest untuk pendugaan ciri tanah.”

Tentu hanya para pengguna yang ahli pertanian, menguasai statistik, dan pemprograman komputer yang dapat menilai kualitas jawaban ChatGPT.

Si ahli dapat memodifikasi kode tersebut sesuai dengan tujuannya untuk menghasilkan program komputer. Tanpa sentuhan manusia ahli, maka kode tersebut tidak dapat dijalankan di program komputer yang sebetulnya atau seandainya dapat dijalankan, maka hasil yang diperoleh akan salah.

Pengguna juga dapat menggunakan chatGPT untuk menyederhanakan atau menjelaskan kode yang ditulis ahli lainnya, mencari kesalahan di suatu kode, dan menyempurnakannya.


Menjelaskan dan menulis

Untuk rumus-rumus matematika atau fisika umum, chatGPT mampu menjalankan tugasnya dengan benar. Manusia dapat mengajukan pertanyaan, atau misalnya meminta penjelasan persamaan yang dirumuskan Einstein yaitu E = mc2.

Demikian pula dalam membantu di bidang tulis menulis. ChatGPT dapat membuat ringkasan dari sebuah tema yang diajukan.

Bahkan, chatGPT dapat menunaikan tugas ketika diberikan tugas menulis sesuai detail tujuan. Misalnya ringkasan tema itu dibuat dalam bentuk pidato, skema, proposal, prosa, format surat, gaya, bahkan audiens yang dituju dan perspektif yang diinginkan.

Tentu ini sangat berguna karena banyak penulis terkadang mengalami writer’s block atau kehilangan kata. ChatGPT dapat membantu penulis untuk mengatasi apa yang perlu ditulis. ChatGPT dapat memberikan “umpan balik”, ia dapat diminta memperbaiki tulisan seorang penulis untuk meningkatkan kejelasan dan akurasi.

Prinsip yang penting adalah jangan menggunakan langsung teks hasil ChatGPT. Jadikan teks chatGPT sebagai kerangka yang siap untuk disunting, dikembangkan, atau sebaliknya dibuat menjadi lebih spesifik sesuai konteks. Tentu yang tak kalah penting adalah mengecek kebenarannya sesuai disiplin ilmunya.


Keterbatasan

ChatGPT menggunakan algoritma pembelajaran mesin untuk memproses sejumlah besar data teks yang dicerna dari buku, berita, halaman Wikipedia, dan jutaan situs web.

Dengan “menyerap” data yang cukup besar, model tersebut dapat mempelajari pola dan struktur bahasa dan mampu menginterpretasikan segala pertanyaan.

Saat ini, chatGPT merupakan AI yang paling canggih, tetapi tidak bebas dari kesalahan dan keterbatasan.

Kalimat yang dihasilkan sangat mengesankan, tetapi seringkali substansi yang dimaksud cukup dangkal, terkadang tidak tepat atau bahkan salah. Malah chatGPT dapat memberikan referensi palsu.

Dengan demikian chatGPT adalah "alat" yang memodelkan bahasa, bukan pengetahuan. Ia sekadar alat untuk membantu manusia.

ChatGPT dapat melakukan tugas-tugas umum, memiliki basis pengetahuan yang luas dan dapat menulis teks secara meyakinkan, tetapi jangan berharap ChatGPT melakukan atau menulis hasil penelitian yang dikerjakan manusia.

Kreativitas adalah bagian penting dari penelitian, AI tidak dapat melakukan hal itu. AI tidak punya kedalaman dan kespesifikan.


AI dalam pendidikan

ChatGPT dapat dimanfaatkan oleh guru/dosen dan (maha)siswa, mulai dari membantu mengatasi hambatan menulis, pemecahan masalah dan pengodean. Daripada dilarang, lebih baik AI diintegrasikan saja dalam pengajaran dan kelas.

Namun, bagaimana dengan siswa yang memakai chatGPT untuk menulis tugas? Cara untuk mengatasinya mudah. Lakukan pengecekan jawaban tugas. Siswa yang menggunakan chatGPT secara murni dapat dideteksi karena hasil jawaban mirip.

Rancanglah pertanyaan atau tugas yang mendorong untuk berpikir kritis daripada jawaban yang dapat diperoleh di halaman website yang dapat ditambang oleh AI.

Bahkan para dosen dapat mengajukan satu topik dan mengajak mahasiswa mendiskusikan jawaban chatGPT. Hasil jawaban chatGPT dianalisis bersama keunggulan dan keterbatasannya.

Di bidang pendidikan ini pula dosen bisa memperkenalkan bagaimana ChatGPT bisa digunakan secara etis dan bertanggung jawab.

Seorang artis mengatakan “Seni membutuhkan niat manusia, inspirasi, dan keinginan untuk mengekspresikan sesuatu”, sehingga lukisan atau puisi yang dibuat oleh AI tidak dapat dikatakan seni.

Jangan takut dengan teknologi baru karena perkembangan teknologi dapat memperkaya cara manusia berpikir dan berbuat.

AI juga tidak akan membuat manusia kehilangan pekerjaan dan membuat ekonomi runtuh. AI justru membuat pekerjaan lebih mudah.

Dengan mengikuti perkembangan teknologi, tingkatkan ketrampilan dan tugas baru untuk menggantikan pekerjaan rutin yang telah digeser oleh AI.


*) Prof. Budiman Minasny; Profesor Ilmu Tanah dan Lingkungan, University of Sydney, Australia.

 

Pewarta: Prof. Budiman Minasny*)
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023