Lembaga pemerhati anak ChildFund Internasional di Indonesia, menggaungkan kampanye untuk melindungi anak dari ancaman perundungan daring atau cyber bullying bernama "Swipe Safe".
Baca juga: Interaksi anak-orang tua kunci edukasi pencegahan kekerasan seksual
Spesialis perlindungan anak dan advokasi ChildFund Internasional di Indonesia Reny Haning mengatakan, pesatnya teknologi membuat makin tingginya risiko bagi anak mengalami kekerasan di dunia siber sehingga dibutuhkan kesadaran dan literasi digital yang mumpuni.
Baca juga: Interaksi anak-orang tua kunci edukasi pencegahan kekerasan seksual
Spesialis perlindungan anak dan advokasi ChildFund Internasional di Indonesia Reny Haning mengatakan, pesatnya teknologi membuat makin tingginya risiko bagi anak mengalami kekerasan di dunia siber sehingga dibutuhkan kesadaran dan literasi digital yang mumpuni.
"Pesatnya teknologi membuat kami melihat ada risiko bagi anak bukan saja di dunia offline tapi juga di online yang membutuhkan kesadaran atau kita semua diberikan digital literasi yang mumpuni, itu salah satu yang menurut kami krusial dan jadi latar belakang kami memulai inisiatif swipe safe," ucapnya dalam Media Briefing Swipe Save Initiative di Jakarta, Jumat.
Program inisiatif ini bertujuan agar masyarakat dapat menavigasi internet dengan aman melalui edukasi anak, orang tua, penyedia layanan dan sekolah mengenai potensi risiko online.
Baca juga: Literasi digital langkah awal cegah anak dari kekerasan "online"
Penelitian yang dilakukan ChildFund pada akhir tahun 2022 lalu di empat provinsi di Indonesia menunjukkan dari 1.610 responden, sebanyak 5 dari 10 anak berusia 13-24 tahun menjadi pelaku perundungan online, sementara 6 dari 10 anak menjadi korbannya.
Program inisiatif ini bertujuan agar masyarakat dapat menavigasi internet dengan aman melalui edukasi anak, orang tua, penyedia layanan dan sekolah mengenai potensi risiko online.
Baca juga: Literasi digital langkah awal cegah anak dari kekerasan "online"
Penelitian yang dilakukan ChildFund pada akhir tahun 2022 lalu di empat provinsi di Indonesia menunjukkan dari 1.610 responden, sebanyak 5 dari 10 anak berusia 13-24 tahun menjadi pelaku perundungan online, sementara 6 dari 10 anak menjadi korbannya.
Dari data tersebut, risiko anak terkena perundungan daring di kota besar seperti Jakarta sama besarnya dengan anak di daerah yang akses internetnya tidak terlalu sering, dan tidak memandang jenis kelamin.
"Itu kenapa semua perlu dilengkapi digital literasi untuk menolong anak baik di kota besar atau daerah plural," ucap Reny.
Kampanye ini sudah dilakukan pada sekolah-sekolah di empat provinsi di Indonesia seperti Nusa Tenggara Timur, Jakarta, Lampung dan Semarang.
Target sekolah yang dituju ChildFund untuk mengampanyekan literasi digital ini adalah pada sekolah yang ingin akreditasinya dinaikkan menjadi sekolah ramah anak, komite sekolah yang ingin mengadopsi kebijakan keselamatan dan perlindungan anak, dan atas persetujuan dengan anak dan orang tua untuk menyosialisasikan "Swipe Safe".
Baca juga: Menanti benih cinta anak pada sasando tumbuh
Kerja sama dengan berbagai kementerian dan digital platform juga menjadikan ChildFund menjadi trusted partner untuk menyampaikan kasus-kasus perundungan yang terjadi di daring.
"Kita juga bekerja sama dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Kementerian Sosial dan Bappenas, dan juga kerja sama dengan hampir semua penyedia konten untuk memastikan benar-benar konten untuk materi seksual anak di take down, itu yang kami upayakan," tambah Reny.
Ia berharap peran dari media massa juga menjadi sarana untuk turut mengedukasi orang tua dan tenaga pendidik agar dapat mengawasi serta menanggapi kasus-kasus kekerasan pada anak dan orang muda yang ada di dunia daring sebagai sesuatu yang perlu diperhatikan.
Baca juga: Jay B sumbang Rp1,2 miliar untuk anak kurang mampu
Baca juga: ChildFund: Solusi inovatif perlu bagi pembangunan rendah karbon
Baca juga: Jay B sumbang Rp1,2 miliar untuk anak kurang mampu
Baca juga: ChildFund: Solusi inovatif perlu bagi pembangunan rendah karbon
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2023