Syahrul Mubarak (23), warga Semampir, Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul yang tengah bersantai di teras rumah langsung beranjak dari tempat duduknya karena merasakan getaran.
"Tiba-tiba atap bergetar. Langsung lari buka gerbang. Soalnya trauma gempa Bantul (2006)," ujar Syahrul.
Getaran gempa juga dirasakan oleh Sutriyati, warga Desa Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman.
Menurut dia, guncangan gempa dirasakan beberapa saat saat di desanya tengah terjadi angin kencang.
"Tadi langsung refleks pas mati listrik dan hujan angin," kata dia.
Warga Kulon Progo, Sutarmi yang juga mengaku merasakan guncangan gempa cukup kencang.
"Terasa kencang sekali, sekitar 30 detik," ujar dia.
Gempa mengguncang wilayah DI Yogyakarta pada Jumat (17/3) malam.
Melalui keterangan resminya, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menyebut gempa 5,2 magnitudo terjadi pada pukul 19.05 WIB.
Daryono menyatakan episentrum atau pusat gempa itu di laut berjarak sekitar 141 kilometer arah barat daya Kabupaten Bantul, DI. Yogyakarta pada kedalaman 43 kilometer.
Ia menyatakan gempa tersebut tak berpotensi tsunami.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi," ujar dia.
Baca juga: BMKG: Gempa 5,2 guncang wilayah Kulonprogo, Yogyakarta
Baca juga: BMKG: Gempa magnitudo 5,2 di selatan Jawa akibat aktivitas subduksi
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2023