"Kita semua harus bijak bahwa ini sebetulnya bukan bicara terhadap sekolahnya. Kita tidak bicara terhadap lingkungannya. Kita tidak bicara terhadap agamanya tapi kita bicara adalah pelakunya," kata Mensos Risma di Cirebon, Senin, saat menemui korban kekerasan seksual.
Risma mengatakan 11 anak di bawah umur yang menjadi korban kekerasan seksual oleh oknum guru madrasah di Kabupaten Cirebon, merupakan aset bangsa, untuk itu perlu perlindungan dari semua pihak.
Ia meminta kepada semua pihak, baik dari tokoh masyarakat, agama, maupun lainnya yang berada di sekitar korban agar bisa sama-sama saling menjaga dan melindungi para korban, bukan malah menyudutkan.
Menurut dia ketika semua pihak mau sama-sama menjaga korban, maka masa depan mereka diharapkan bisa lebih cerah, dan rasa trauma yang dialami korban kekerasan seksual bisa pulih kembali.
Baca juga: Kemensos berikan "trauma healing" 11 anak korban kekerasan seksual
Baca juga: Kemenag gencarkan sosialisasi pencegahan kekerasan seksual di madrasah
"Saya mohon dengan hormat kepada para tokoh masyarakat dan tokoh agama, mari kita support, karena apa pun itu adalah anak-anak kita, membutuhkan masa depan yang panjang, dan merekalah nanti yang akan meneruskan perjuangan kita semua," tuturnya.
Sementara itu, Anggota Komisi VIII DPR RI Selly Andriany Gantina mengatakan para korban memang sangat membutuhkan pendampingan, karena mereka mengalami trauma mendalam.
Bahkan lanjut Selly, ketika dirinya bertemu para korban sangat tertekan, bahkan ketika mendengar nama tersangka yang merupakan seorang guru agama di madrasah, mereka masih ketakutan.
"Untuk itu perlu adanya penanganan khusus, agar trauma mereka bisa hilang, dan kami berharap pelaku dihukum setimpal. Kami akan kawal kasus ini," katanya.
Baca juga: Kemenag susun strategi cegah kekerasan seksual di lembaga pendidikan
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023