• Beranda
  • Berita
  • Dolar stabil di sesi Asia, ketika fokus beralih ke pertemuan Fed

Dolar stabil di sesi Asia, ketika fokus beralih ke pertemuan Fed

21 Maret 2023 15:11 WIB
Dolar stabil di sesi Asia, ketika fokus beralih ke pertemuan Fed
Uang dolar AS berada di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jakarta, Rabu (16/11/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc/pri.

Ada permintaan yang cukup moderat untuk dolar AS di jalur swap Fed, jadi itu adalah pertanda positif

Dolar stabil di sesi Asia yang sepi pada Selasa sore, meskipun berjuang untuk bangkit menjauh dari posisi terendah lima minggu ketika para pedagang memperkirakan tekanan perbankan akan membuat Federal Reserve menahan kenaikan suku bunga lebih jauh di minggu ini.

Greenback naik tipis sekitar 0,1 persen menjadi 1,0712 dolar terhadap euro dan naik sedikit lebih jauh terhadap dolar Australia dan Selandia Baru. Dolar bertahan di 131,24 yen, sedikit di atas level terendah lima minggu di 130,55.

"Volatilitas dalam suku bunga dan pasar aset yang lebih luas baru-baru ini luar biasa," kata John Velis, analis valas dan makro untuk Amerika di BNY Mellon.

"Hal itu mengaburkan gambaran untuk pertemuan (Fed) Maret dan seterusnya. Salah satu konsekuensinya adalah repricing yang substansial...mengenai ekspektasi suku bunga di masa depan," katanya, dengan puncak diperkirakan di 5,5 persen hanya beberapa minggu lalu, dibandingkan sekitar 4,8 persen sekarang.

Dolar telah mengikuti ekspektasi tersebut lebih rendah, meskipun kegugupan umum di pasar keuangan telah meredam penjualan.

Menurut alat FedWatch CME, pasar memperkirakan peluang 25 persen bahwa Fed akan bertahan ketika mengumumkan keputusan kebijakan moneternya pada Rabu (22/3/2023), dengan peluang 75 persen untuk kenaikan suku bunga 25 basis poin.

Pada Selasa, risalah menunjukkan bank sentral Australia telah sepakat pada 7 Maret untuk mempertimbangkan kasus jeda suku bunga pada pertemuan kebijakan April, bahkan sebelum serangan volatilitas baru-baru ini membebani Aussie yang turun 0,5 persen menjadi 0,6686 dolar AS.

Berita tentang rencana pengambilalihan UBS atas saingannya Credit Suisse pada Minggu (19/3/2023) - merger dipaksakan yang dirancang oleh otoritas Swiss - memberi alasan bahwa risiko yang paling mendesak berada di tangan.

Namun, sentimen masih rapuh, karena investor bergulat dengan tekanan bank yang menjamur dari kelemahan di bank-bank regional AS yang menular hingga ke pemberi pinjaman global dalam hitungan hari.

"Pasar tetap gelisah, tetapi kecepatan respons pembuat kebijakan terhadap risiko sektor perbankan yang terus berkembang menggembirakan," kata Alvin Tan, kepala strategi valas Asia di RBC Capital Markets, dikutip dari Reuters.

Juga pada Minggu (19/3/2023) Federal Reserve berkoordinasi dengan bank-bank sentral di tempat lain, mengumumkan akan menawarkan swap mata uang harian untuk memastikan akan ada banyak dolar AS untuk dibagikan.

"Ada permintaan yang cukup moderat untuk dolar AS di jalur swap Fed, jadi itu adalah pertanda positif," kata Carol Kong, ahli strategi mata uang di Commonwealth Bank of Australia.

"Tapi terus ada tanda-tanda tekanan di pasar pendanaan ... jadi mata uang akan terus berhati-hati," tambahnya.

Sterling tergelincir 0,1 persen menjadi 1,2260 dolar. Indeks dolar AS naik 0,06 persen menjadi 103,40.

Persetujuan pembiayaan Dana Moneter Internasional untuk Sri Lanka mengirim rupee Sri Lanka yang terpukul menjadi diperdagangkan sekitar 7,0 persen lebih tinggi terhadap dolar.

Baca juga: Yuan tergelincir 69 basis poin menjadi 6,8763 terhadap dolar AS
Baca juga: Dolar AS naik di awal sesi Asia karena kekhawatiran krisis bank surut
Baca juga: Dolar AS melemah, karena investor pertimbangkan gejolak perbankan

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023