Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban penyakit Tuberkulosis (TB) yang masih tinggi di dunia.
“TB adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan penularanya melalui droplet nuclei atau droplet yang ukurannya sangat kecil sehingga bisa mencapai paru-paru bagian bawah (alveoli),” kata Anggota Pokja Infeksi PDPI Tutik Kusmiati dalam Konferensi Pers: Yes We Can End TB yang diikuti secara daring di Jakarta, Jumat.
Tutik menuturkan berdasarkan data Global Tuberculosis Report 2022, Indonesia menduduki peringkat kedua dari delapan negara yang menjadi penyumbang dua per tiga kasus TB terbesar yang ada di dunia bersama India, Cina, Filipina, Pakistan, Nigeria, Banglades dan Republik Demokrat Kongo.
Dimana Indonesia memiliki estimasi jumlah kasus baru yakni 969.000 kasus setelah India. Selain kasus pada TB biasa, Indonesia juga berkontribusi tinggi untuk jumlah insiden kasus TB HIV maupun TB MDR.
“Ini tugas yang sangat besar bagi kita semua. Kita berada di nomor dua,” katanya.
Baca juga: PDPI: Perkuat edukasi dan kolaborasi capai target eliminasi TB 2030
Baca juga: Masuk peringkat ke-2 TBC, penanggulangan TB RI cukup kompleks
Menurutnya, perlu ada perhatian khusus pada situasi TB di Indonesia saat ini. Jika dibiarkan atau hanya sedikit kasus yang ditemukan di sebuah daerah, akan membuka lebih lebar potensi banyak kasus yang tidak ditemukan atau disembuhkan.
Hal itu dikarenakan pasien Bakteri Tahan Asam (BTA) yang positif, bisa menginfeksi 10 hingga 15 orang di sekitarnya. Di antara orang-orang itu, lima sampai 10 persenya akan berkembang jadi sakit TB yang aktif.
“Kemudian 90 sampai 95 persen akan jadi TB laten, jadi mereka hanya terinfeksi tapi tidak sakit atau belum sakit. Dari TB aktif akan berkembang jadi sakit TB dan jadi sumber penularan baru dan ini seperti lingkaran setan. 90-95 persen TB laten bisa menjadi TB sebanyak lima sampai 10 persennya jika imunnya lemah,” katanya.
Tutik menganjurkan ketika seseorang telah terinfeksi, maka harus segera mendapatkan obat pencegahan TB di layanan kesehatan terdekat. Setelah banyak penelitian dan inovasi baru, sudah ada pengobatan TB yang bisa dilakukan selama tiga bulan.
Dalam kesempatan itu, Tutik meminta pemerintah untuk menemukan kasus TB sedini mungkin baik melalui skrining klinis, laboratorium mikrobiologis dan radiologis. Perlu ada pula tata laksana pasien TB aktif dan terapi pencegahan pada pasien TB laten supaya bisa mempercepat eliminasi TB di Indonesia.
Sementara itu, Sekretaris Pokja Infeksi PDPI Irawaty Djaharuddin menyebutkan ada tiga provinsi di Indonesia yang menjadi penyumbang kasus TB terbanyak yakni Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Meski Indonesia kini menduduki peringkat dua, Ira mengatakan layanan kesehatan bagi pasien TB sudah semakin baik dari sebelumnya. Bahkan PDPI senantiasa terus melakukan penelitian agar bisa memberikan rekomendasi pada tiap kebijakan yang pemerintah putuskan.
PDPI juga sudah melakukan pemerataan sebaran tenaga kesehatan spesialistik dalam tata laksana kasus sulit, serta pengadaan workshop untuk meningkatkan kompetensi dokter dalam melaksanakan tata laksana TB dengan komplikasi.
Ira juga memastikan pihaknya akan terus bersinergi dengan Kemenkes dalam pembuatan nasional penanganan TB.
Baca juga: PDPI: Indonesia masih jauh dari capaian target eliminasi TBC 2030
Baca juga: PDPI imbau tarawih 2023 dilaksanakan dengan memakai masker
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2023