Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei melambung 3,55 dolar AS atau 5,1 persen, menjadi menetap di 72,81 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Mei melonjak 3,13 dolar AS atau 4,2 persen, menjadi ditutup pada 78,12 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Brent terangkat 2,8 persen minggu lalu, sementara WTI rebound sebesar 3,8 persen karena kegelisahan di sektor perbankan mereda.
Harga minyak naik karena Turki berhenti memompa minyak mentah dari Kurdistan melalui pipa menyusul keputusan arbitrase yang mengonfirmasi persetujuan Baghdad diperlukan untuk mengirimkan minyak. Jumlah ekspor sekitar setengah persen dari pasokan minyak global atau 450.000 barel per hari (bph).
Hilangnya pasokan minyak dari Kurdistan dapat mengimbangi dampak dari produksi dan pasokan Rusia yang menemukan jalan mereka ke pasar, kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC di New York. Itu juga bisa memaksa pemotongan produksi di wilayah Kurdistan.
"Sekarang kita memiliki kekurangan baru di sini.... Ini adalah produksi yang benar-benar tidak boleh kita hilangkan," kata Kilduff, menambahkan bahwa hilangnya pasokan akan memperbesar force majeure atau pemadaman produksi lainnya di masa mendatang.
First Citizens BancShares Inc mengatakan akan mengakuisisi simpanan dan pinjaman dari Silicon Valley Bank yang gagal, menutup satu bab dalam krisis kepercayaan yang telah mengguncang pasar keuangan.
"Harga minyak terangkat lebih tinggi memperpanjang keuntungan dari minggu sebelumnya karena investor mempertimbangkan upaya otoritas untuk menenangkan kekhawatiran mengenai sistem perbankan global," kata Fiona Cincotta, analis pasar keuangan senior di City Index.
Ada juga harapan untuk dukungan ekstra untuk pendanaan bank setelah laporan bahwa otoritas AS sedang dalam pertimbangan awal untuk memperluas fasilitas pinjaman darurat.
Ekuitas Wall Street naik karena kesepakatan perbankan menawarkan jeda setelah berminggu-minggu kekacauan.
Harga minyak juga mendapat dukungan dari kekhawatiran gejolak geopolitik setelah rencana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus, salah satu sinyal nuklir Rusia yang paling menonjol.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan Moskow hampir mencapai target pemotongan produksi minyak mentah sebesar 500.000 barel per hari (bph) menjadi sekitar 9,5 juta barel per hari.
Namun, ekspor minyak mentah Rusia diperkirakan akan tetap stabil karena pemangkasan produksi kilang-kilang pada April, data dari sumber industri dan perhitungan Reuters menunjukkan pada Jumat (24/3/2023).
Di sisi permintaan, impor minyak mentah China diperkirakan akan naik 6,2 persen pada 2023 dari level tahun lalu menjadi 540 juta ton, menurut perkiraan tahunan oleh unit riset China National Petroleum Corp pada Senin (27/3/2023).
Investor sedang menunggu data persediaan AS. Stok minyak mentah AS diperkirakan naik sekitar 200.000 barel pekan lalu, sebuah jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (27/3/2023).
American Petroleum Institute (API), sebuah grup industri, akan mempublikasikan data persediaannya pada Selasa pukul 16.30 waktu setempat dan Badan Informasi Energi AS pada Rabu (29/3/2023) pada pukul 10.30 waktu setempat.
Baca juga: Emas tergelincir 30 dolar karena selera risiko meningkat
Baca juga: Saham Inggris berakhir positif, indeks FTSE 100 menguat 0,90 persen
Baca juga: Dolar naik tipis di Asia karena kekhawatiran krisis perbankan bertahan
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023