"Kami tampil di Taman Martha Tiahahu Blok M Jakarta Selatan," kata pendiri komunitas ANGGUN, Gianti Sastrawinata dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
ANGGUN berdiri sejak 7 Oktober 2021, tetapi sebelumnya sejak tahun 2015 telah berkiprah ke berbagai wilayah di Indonesia untuk melestarikan angklung.
"Dulu kita sering tampil, tetapi karena satu dan lain hal. Termasuk akibat pandemi terpaksa kami bubarkan," kata Gianti.
Baca juga: Angklung Indonesia meriahkan Festival Asian Women's Day di Sudan
Mayoritas anggota ANGGUN yang berjumlah 60 orang merupakan pemain lama dan berkiprah sejak 2015.
Pembentukan Anggun, menurut Giantii, untuk mengakomodasi ibu-ibu yang rata-rata sudah senior atau berusia di atas 60 tahun.
"Kami hadirkan ANGGUN sebagai wadah agar mereka bisa selalu aktif bisa kreatif bermain angklung. Termasuk menghindari pikun juga," tutur Gumati.
Menurut Gianti, tidak ada kriteria khusus untuk bergabung ke dalam grup ANGGUN. Pada umumnya mereka sudah berusia di atas 60 tahun tapi usia di bawah itu juga bisa bergabung.
"Tentunya kami juga mempunyai peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap anggota yang ikut di dalam grup ini," katanya.
Baca juga: Ratusan warga Jepang di Gifu belajar mainkan angklung
Biasanya pemain angklung berusia muda, namun kali ini ANGGUN mewakili pemain usia di atas 60 tahun yang berkreasi dengan seni angklung.
"Ini kali kedua kami diundang untuk mengisi acara yang diselenggarakan MRT. Pertama kami tampil, mereka bilang sambutannya bagus. Makanya di HUT ke-4 MRT, kami kembali diundang," kata Gianti.
Unty Wielan selaku HRD ANGGUN mengatakan, wadah ini bertujuan melestarikan angklung di berbagai wilayah di Indonesia.
Angklung ini sudah menjadi warisan budaya Indonesia dan sudah diakui UNESCO pada tahun 2010. "Kita ingin menjadi bagian dari kelompok yang turut serta melestarikan angklung di nusantara, khususnya di DKI kalau bisa sih secara internasional," kata Unty.
Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2023