"Kalau yang Pak Jokowi sampaikan, jangan campur adukan politik praktis. Tafsirnya 'kan begitu dengan olahraga, itu sudah benar Pak Jokowi, politik praktis yang tidak boleh," ujar Arteria kepada awak media di Gedung Nusantara II DPR RI, Rabu.
Menurut dia, pernyataan Jokowi juga memiliki kesepahaman yang tidak berbeda dengan para pendiri bangsa ini, terutama presiden pertama RI Soekarno. Hal ini untuk tetap memperjuangkan Palestina merdeka, berdaulat, dan memiliki tanah airnya sendiri.
"Jadi, yang dikatakan Pak Jokowi kemarin itu sangat luar biasa," katanya.
Arteria juga menilai pernyataan Jokowi mencerminkan sebagai bapak bangsa dan negarawan yang baik.
Baca juga: Jokowi jamin Israel di PD U-20 tak terkait konsistensi RI-Palestina
Baca juga: Plt Menpora soal Piala Dunia U-20: Sikap Indonesia sesuai konstitusi
Untuk itu, dia meminta agar sikap Jokowi terhadap Timnas Israel jangan dimultitafsirkan.
"Yang tidak boleh pakai di stadion, pakai bendera PDI Perjuangan, pakai bendera apa itu politik praktis, tetapi politik negaranya," tambah dia.
Tidak hanya itu, Arteria menjelaskan bahwa politik kebangsaan Indonesia jelas bagaimana tujuan bangsa ini.
Ia merasa pernyataan Jokowi juga masih menyelipkan isi dari pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
"Makanya, beliau ingin mengklarifikasi kepada FIFA bahwa ini loh fakta sebenarnya, tidak ada maksud yang lain. Kami punya pandangan, pandangan ini adalah kesepakatan kebangsaan. Ingat tidak hanya diatur dalam konstitusi negara, tetapi dalam pembukaan UUD NRI Tahun 1945," ungkap Arteria.
Kesepakatan ini, lanjut dia, yang membuat seluruh masyarakat bergabung di Indonesia menjadi warga negara sampai sekarang. Apabila ada pernyataan dari PDI Perjuangan beberapa waktu lalu, itu hanya untuk mengingatkan dan in line.
"Beliau juga katakan pastinya di republik ini saya pemimpin negara, saya tidak mau politik praktis dicampuradukan dengan olahraga. Makanya, datang Pak Erick Thohir diutus ke sana, jadi tidak ada saling menegasikan pendapat Pak Jokowi dengan statement kader-kader PDI Perjuangan," katanya.
Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023