"Dari sudut pandang Kemendikbudristek tidak lepas dari pendidikan film baik di level sekolah menengah atau vokasi hingga pendidikan tinggi, di mana masih belum tercapainya link and match antara kurikulum pendidikan film dengan kebutuhan industri film nasional," kata Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru Kemendikbudristek Ahmad Mahendra melalui keterangan tertulisnya kepada ANTARA, Rabu.
Sebelumnya pada Senin (6/3) di Konferensi Hari Film Nasional yang diadakan oleh Badan Perfilman Nasional (BPI), Kemendikbudristek telah menyebutkan belum ada skema berbentuk kurikulum yang bisa mengaitkan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) dengan industri perfilman.
Pada kesempatan tersebut, Mahendra mengingatkan perlunya diskusi bersama berbagai pihak terkait untuk membahas permasalahan tersebut agar jangan sampai lulusan film menganggur karena tidak siap menghadapi industri.
Baca juga: Peringatan HFN tunjukkan penghargaan Indonesia terhadap dunia film
Untuk membangun penguatan ekosistem film nasional, Mahendra mengatakan pihaknya pada tahun ini fokus pada pengembangan komunitas melalui berbagai program peningkatan kapasitas hingga fasilitasi baik terhadap sineas maupun karya film Indonesia diluncurkan oleh Kemendikbudristek.
"Program peningkatan kapasitas ini berupa program inkubasi atau lab antara lain Indonesiana Films, Layar Indonesiana atau kompetisi produksi film pendek, Producer’s Lab yang bekerja sama dengan Jakarta Film Week yang pada dasarnya mencari bakat serta cerita yang berkualitas," kata dia.
Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, Kemendikbudristek juga memfasilitasi hampir semua festival film yang tersebar di Indonesia. Tak sampai di situ, Kemendikbudristek juga meluncurkan "Dana Indonesiana" berupa fasilitasi dana hibah yang diberikan kepada suatu kelompok kebudayaan atau perseorangan.
Peringatan Hari Film Nasional pada 2023 mengusung tema "Bercermin pada Masa Lalu, Merencanakan Masa Depan". Merujuk pada tema ini, Mahenda mengatakan perlu adanya evaluasi dan pemutakhiran data tentang ekosistem film agar posisi perfilman di Indonesia semakin bisa dipahami baik dari aspek kualitas filmnya, kualitas pekerja film, dan industrinya.
"Indonesia tidak pernah kekurangan cerita, ada banyak kebudayaan Indonesia, pengetahuan tradisional, isu dan kearifan lokal yang bisa diolah sebagai modal pengembangan materi film," ujar dia.
"Untuk memperkuat modal tersebut, perlu ekosistem yang kuat dan pastinya memerlukan kerja sama dengan berbagai stakeholder perfilman dan juga pemerintah baik di pusat dan di daerah," pungkas Mahendra.
Baca juga: Kemenparekraf ajak seluruh stakeholder bangun ekosistem industri film
Baca juga: Kemendikbudristek cermati dua problematika perfilman nasional
Baca juga: Refleksi Hari Film Nasional dari para sineas
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2023