Ini berarti bahwa produksi petani budidaya pengguna eFishery lebih efisien dan mempersingkat siklus budidaya
Hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menyimpulkan perusahaan rintisan (startup) perikanan eFishery berkontribusi sebesar Rp3,4 triliun atau setara 1,55 persen terhadap PDB sektor akuakultur Indonesia pada tahun 2022.
“Kita menghitung dari Kabayan (layanan keuangan), eFeeder (teknologi pemberi pakan otomatis), market accesibility dari platform dan berbagai produk eFishery dan kita tambah multiplier menjadi 1,55 persen dari PDB akuakultur yang Rp219 triliun,” ujar Wakil Kepala Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI Paksi Walandaouw dalam acara eFishery Impact Report di Jakarta, Rabu.
Paksi menjelaskan melalui kehadiran eFishery yang selalu menghadirkan inovasi berbasis teknologi bagi para pembudidaya ikan dan penambak udang tersebut, ditemukan peningkatan taraf hidup, bisnis dan produktivitas setelah bergabung dengan ekosistem eFishery.
Baca juga: Fishlog perluas jaringan di industri perikanan
Ia pun membagi pembudidaya ikan dan penambak udang menjadi tiga klasifikasi usaha berdasarkan tenaga kerja. Pertama, sektor usaha kecil dengan jumlah tenaga kerja 5-20 pekerja, mengalami peningkatan rata-rata pendapatan sebanyak 21,5 persen. Kedua, usaha menengah dengan jumlah pekerja 20-100 orang tumbuh secara signifikan sebesar 88,7 persen. Sedangkan usaha besar dengan jumlah pekerja di atas 100 orang tumbuh 1,2 persen.
“eFishery berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan individu sebesar 41,5 persen pada ekosistemnya, yang terdiri dari pembudidaya ikan sebesar 29,3 persen atau Rp2,8 juta setelah bergabung dengan eFishery dan petambak udang mengalami kenaikan yang sangat signifikan yaitu sebesar 90,6 persen atau hampir dua kali lipat yakni Rp25,9 juta setiap bulannya,” ucapnya.
Lebih jauh, hasil riset memperlihatkan bahwa peningkatan ekonomi tersebut dapat terjadi karena adanya peningkatan biomassa terhadap waktu yang dapat diukur dengan Average Daily Gain (ADG).
Paksi pun mencontohkan misalnya ADG untuk ikan lele dengan pemberian pakan konvensional berkisar antara 1,27 sampai 1,93. Sedangkan, rata-rata ADG untuk pembudidaya ikan dengan pemberian pakan menggunakan eFeeder eFishery adalah 2,28.
“Ini berarti bahwa produksi petani budidaya pengguna eFishery lebih efisien dan mempersingkat siklus budidaya,” tuturnya.
Tak hanya itu, eFeeder bisa membantu petani dalam meningkatkan produktivitas tambak yang dibuktikan dengan meningkatnya Food Conversion Ratio (FCR) atau perbandingan antara makanan yang diberikan dengan selisih berat benih dan ikan yang dipanen.
Pengguna eFeeder memperoleh hasil FCR antara 0,85 sampai 1,34, dengan rata-rata 1,09 yang berarti setiap tambahan pakan ikan 1 kg akan menghasilkan penambahan berat ikan sampai dengan 1,2 kg.
Berat panen pun rata-rata meningkat hingga 29,3 persen untuk budidaya ikan dan 11,8 persen untuk budidaya udang setelah menggunakan sarana produksi eFeeder selama tahun 2021 dan 2022, serta berkontribusi memberikan pertumbuhan profit sebesar 15 persen pada tahun 2022.
Pada kesempatan yang sama, CEO eFishery Gibran Huzaifah menuturkan eFishery berkomitmen untuk memberikan kontribusi dan mengembangkan industri akuakultur di Indonesia bersama dengan pembudidaya serta pemangku kepentingan lainnya.
“Untuk itu, kami telah hadir membantu dalam mengatasi permasalahan mendasar melalui penyediaan teknologi yang terjangkau dan mengurangi ketimpangan sosial melalui ekonomi digital yang inklusif selama hampir 10 tahun kami berdiri,” ucap dia.
Baca juga: Startup "Fishlog" bervisi menjadi Bulog Perikanan
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023